Kemudian Belanda menangkapnya lagi dan kali ini menjatuhkan hukuman mati.
Mongisidi dieksekusi oleh regu tembak pada tanggal 5 September 1949, ketika itu usianya 24 tahun.
Setelah konflik Indonesia-Belanda berakhir dengan Konferendi Meja Bunda dan terjadi pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, tubuh Mongisidi dipindahkan ke pemakaman pahlawan Makassar, tepatnya pada tanggal 10 November 1950.
Aksi Mongisidi dianggap kriminal oleh Belanda, namun bagi Indonesia ia adalah sosok pahlawan.
Robert Wolter Mongisidi dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973.
Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana), pada 10 November 1973.
Ayahnya, Petrus, yang berusia 80 tahun pada saat itu, juga menerima penghargaan tersebut.
Berkat jasa-jasanya, dibangun Bandara Wolter Mongisidi di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR