Di antaranya ada negara Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, dan Uni Eropa.
Bahkan mereka telah menjatuhkan sanksi kepada dewan militer yang berkuasa dan jaringan bisnis militer yang luas.
“Rusia terlibat dalam kampanye teror militer terhadap rakyat,” kata Yadanar Maung, perwakilan kelompok kampanye Justice for Myanmar,
"Kami terkejut bahwa para pejabat Rusia melakukan perjalanan ke Myanmar untuk mendukung junta militer ilegal."
Diketahui, hubungan pertahanan antara Rusia dan Myanmar telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir.
Ini dikarenakan Moskow memberikan pelatihan militer dan beasiswa universitas, serta menjual senjata ke militer yang masuk daftar hitam oleh beberapa negara Barat atas tuduhan kekejaman terhadap warga sipil.
Setidaknya, Rusia menjadi negara yang menyumbang 16% persenjataan yang diperoleh Myanmar dari 2014-2019.
Hal itu menurut sebuah studi tahun 2020 oleh Stockholm International Peace Research Institute.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR