Intisari-Online.com - Ketika menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden banyak mematahkan kebijakan yang Donald Trump lakukan.
Namun ada satu kebijakan atau janji Trump yang dia penuhi. Yaitu menarik ribuan pasukan AS dariAfghanistan.
Walau begitu ada sedikit masalah jika AS benar-benar menarik pasukannya dari negara Timur Tengah itu.
Apa itu?
Dilansir darisputniknews.com pada Sabtu (27/3/2021),Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa kecil kemungkinan pasukan AS akan ditarik dari Afghanistan pada batas waktu 1 Mei 2021.
Itu bukan karena dia tidak mau. Tapi dia menyebutkan sebagai"alasan taktis" sebagai penyebab utama penundaan yang diperkirakan.
Ini karena paraintelijen AS sudah memberikan peringatannya.
Mereka memperingatkan Presiden Biden bahwa Afghanistan dapat diambil alih oleh Taliban jika pasukanAS pergi sebelum kesepakatan.
Dilaporkan dari The New York Times bahwa AS, pihak Taliban, danpemerintah Kabul telah membuat kesepakatan beberapa tahun lalu.
Ini adalah akibat yang tidak pernah diungkapkan selama pemerintahan Trump.
Di mana penarikan tentara AS dari Afghanistan dapat menjerumuskan negara iu di bawah kendali Taliban dalam dua atau tiga tahun setelah pasukan internasional pergi.
Sementara itu, juru bicara Taliban mengatakan bahwa kelompokmereka tetap berkomitmen pada perjanjian perdamaian era Trump dan ingin pihak Amerika juga tetap berkomitmen dengan tegas.
"Jika pasukan AS tidak ditarik pada batas waktu 1 Mei, Taliban akan melanjutkan jihad dan perjuangan bersenjatanya melawan pasukan asing," juru bicara memperingatkan.
Presiden Biden sendiri belum menjelaskan lebih lanjut bagaimana kondisi ke depannya.
Tapi dia dilaporkanakan bertemu dengan sekutu untuk memutuskan peta jalan lebih lanjut bagi Washington untuk pergi dengan cara yang aman dan tertib.
Di mana Biden mau bahwa berharap bahwa tidak ada lagi pasukan AS yang tersisa di Afghanistan sampai tahun 2022.
"Bukan niat saya untuk membuat ribuan pasukan AS tinggal di sana untuk waktu yang lama," kata Biden.
"Jika boleh, maka kami tidak mau tinggal lama dan akan pergi."
"Permasalahnya kapan kami akan pergi," ungkap Biden.
Penilaian intelijen mengklaim bahwa ketika pasukanAS pergi, perebutan kendali oleh Taliban atas negara itu secara khusus akan mengekang hak-hak perempuan dan memungkinkan kelompok-kelompok teroris untuk kembali menjajah wilayah tersebut.
"Jika begitu, maka akan sulit untuk negara asing menjamin perlindungan warga di sana."
"Misalnyamenjamin perlindungan bagi perempuan, pendidikan untuk anak perempuan. dan akses ke perawatan kesehatan."
Lalu, apa yang akan dilakukan AS kini?