Penulis
Intisari-Online.com - Donald Trump sudah tak lagi menjadi Presiden Amerika Serikat (AS).
Namun selama 4 tahun kepemimpinannya, Trump sudah membuat banyak keputusan kontroversial.
Yang sialnya membuat AS dimusuhi banyak negara.
Alhasil kini, Joe Biden, Presiden baru AS, berusaha memperbaiki 'dosa-dosa' Trump kepada negara-negara lain.
Salah satunya kepada Iran.
Bukan hanya soal kematian Jenderal Iran Qasem Soleimani yang tewas dalam serangan udara yang disuruh Trump, Iran juga benci setengah mati dengan AS karena perjanjian nuklir.
Itu adalahJoint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau perjanjian nuklir Iran dengan beberapa negara, termasuk AS.
Namun pada tahun 2018, Trump seenaknya menarik diri dari kesepakatan nuklir tersebut.
Hal itu lantas membuat Iran marah besar.
Nah, di bawah Presiden Joe Biden, AS kini telah menyatakan niatnya untuk bergabung kembali dengan JCPOA.
Namun, Teheran bersikeras bahwa mereka hanya akan kembali nurut di bawah kesepakatan nuklir jika Washington mencabut sanksi terlebih dahulu.
Kampanye 'tekanan maksimum' mantan Presiden Trump terhadap Iran membuat AS menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.
Abolghasem Bayyenat,pakar nuklir dari Harvard University, mengatakan bahwa tindakan Trump meninggalkanluka pada hubungan antara kedua negara.
"Pengunduran diri Trump dari JCPOA seperti menusuk Iran dari belakang," kataAbolghasem Bayyenat seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (26/3/2021).
"Itu sepertimeninggalkan rasa pengkhianatan yang mendalam bagi warga Iran."
"Warga Iran seolah percaya denganpolitisi konservatif lama, di mana ASbukanlah mitra yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya."
"Serta keterlibatan apa pun dengan AS hanya akan berumur pendek."
Padahal dengan JCPOA, itu akan mengakhiri ancaman Iran yang memiliki senjata nuklir dan mengurangi ketegangan AS dengan Timur Tengah.
Selain itu, JCPOA berpotensi dapat menempatkan hubungan Iran-AS di jalur baru dan membuka jalan baru untuk kerja sama.
Belum lagi mendadak Trump menjatuhkan sanksi berat kepada Iran dan makin memprovokasi kebencian Iran pada AS.
Pada saat itu, Trump memang memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Jadi, tidak heran jika kini Iran menolak untuk melakukan negosiasi ulang dan membalas dengan menarik kembali beberapa komitmen utamanya kepada AS.
Pemerintahan Biden sendiri telah berusaha menghubungi pemerintahan Iran. Termasuk lewatPresiden Iran Hassan Rouhani.
Dia ingin ingin menghidupkan kembali JCPOA.
Tapi kedua belah pihak baru akan bergerak jika salah satu dari mereka mengambil langkah pertama.
Terakhir,Bayyenat seperti menganggap warga Iran tak mau dibuat malu untuk kedua kalinya.
"Iran lebih berhati-hati tentang keterlibatan kembali dengan AS sejak pemerintahan Presiden Trump lengser."