Intisari-Online.com – Vaksin Covid-19 sudah mulai diberikan kepada masyarakat luas untuk meredam meluasnya virus corona.
Seiring dengan disebarkannya vaksin Covid-19, virus corona juga bermutasi.
Kini, Indonesia kedatangan tambahan vaksin Covid-19 dari perusahaan AstraZaneca, Senin (8/2/2021).
Sebanyak 1.113.600 dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca tiba di Soekarno-Hatta, kemarin.
Memang, belum diketahui kapan vaksin ini akan mulai didistribusikan ke masyarakat.
Sejauh ini, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengonfirmasi bahwa program vaksinasi nasional masih menggunakan vaksin dari Sinovac.
Namun, penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang vaksin yang baru tiba di Indonesia ini.
Setidaknya, ada lima hal yang perlu kita ketahui tentang vaksin AstraZeneca, antara lain:
1. Teknologi vaksin
Seperti diberitakan Kompas.com, vaksin Oxford/AstraZeneca adalah vaksin vektor adenovirus simpanse.
Maksudnya, tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya megninfeksi simpanse, kemudian dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.
Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari Covid-19 yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2.
Saat vaksin dikirim ke sel manusia, ini memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.
Vaksin vektor adenovirus telah dikembangkan sejak lama, khususnya untuk melawan malaria, HIV, dan Ebola.
Sementara vaksin Sinovac menggunakan virus utuh yang sudah dimatikan.
Tujuannya untuk memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.
Metode seperti yang digunakan Sinovac sering dipakai dalam pengembangan vaksin lain, seperti polio dan flu.
2. Pemberian dosis
Menurut situs informasi pemerintah Inggris, gov.uk, vaksin Covid-19 AstraZeneca diinjeksikan ke dalam otot, biasanya pada area lengan atas.
Sama seperti Sinovac, penerima vaksin AstraZeneca akan menerima dua kali suntikan.
Suntikan kedua akan diberikan pada jangka waktu empat hingga 12 hari setelah penyuntikan pertama.
Jika terlewat jadwal vaksinasi kedua, tanyakan pada penyedia layanan kesehatan untuk meminta saran medis.
Penting untuk memastikan mendapatkan suntikan kedua jika kamu sudah mendapatkan suntikan pertama vaksin AstraZeneca.
3. Efikasi
Mengutip siaran pers AstraZeneca Indonesia, satu dosis vaksin AstraZeneca disebut memiliki efikasi 76 persen terhadap Covid-19 dengan gejala dalam 90 hari pertama setelah vaksinasi, tanpa penurunan perlindungan yang signifikan selama periode ini.
Efikasi vaksin setelah pemberian dosis kedua lebih tinggi apabila diberikan dengan interval yang lebih lama, mencapai 81,3 persen jika interval pemberian dosis pertama dan kedua mencapai 12 minggu atau lebih.
Data tersebut dikonfirmasi oleh analisis utama uji klinis fase ketiga dari Inggris, Brasil dan Afrika Selatan, yang dipublikasikan pada pracetak jurnal The Lancet.
Analisis tersebut juga mengonfirmasi keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 AstraZeneca dalam mencagah Covid-19 tanpa kasus parah dan tanpa rawat inap.
Sekadar perbandingan, vaksin Sinovac yang sudah didistribusikan di Indonesia memiliki efikasi sebesar 65,3 persen, berdasarkan uji klinis fase ketiga di Indonesia.
Sementara di Turki efikasi Sinovac mencapai 91,25 persen dan Brasil sebesar 50,4 persen.
4. Efek samping
Sama seperti obat maupun vaksin lainnya, vaksin Covid-19 AstraZeneca juga memiliki potensi efek samping.
Dilansir dari gov.uk, kebanyakan efek samping adalah ringan sampai sedang yang sembuh dalam beberapa hari dan pada beberapa kasus hingga satu minggu setelah vaksinasi.
Berdasarkan uji klinis, beberapa efek samping yang sangat umum terjadi atau dapat memengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang, antara lain:
- Nyeri tekan.
- Nyeri.
- Rasa hangat.
- Gatal atau memar di tempat suntikan.
- Merasa tidak sehat.
- Kelelahan.
- Menggigil atau demam.
- Sakit kepala.
- Mual.
- Nyeri sendi atau nyeri otot.
Sementara efek samping yang umum terjadi atau dapat memengaruhi satu dari 10 orang, di antaranya:
- Bengkak.
- Kemerahan atau benjolan di tempat suntikan.
- Demam.
- Merasa sakit atau diare.
- Gejala mirip flu, seperti demam tinggi, radang tenggorokan, pilek, batuk, dan menggigil.
Sedangkan efek samping yang jarang terjadi atau dapat memengaruhi hingga 1 dari 10 orang, antara lain:
- Pusing.
- Nafsu makan menurun.
- Sakit perut.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Keringat berlebih.
- Kulit gatal atau ruam.
5. Efektivitas melawan varian baru virus
Menurut laporan DW, vaksin AstraZeneca disebut masih menawarkan tingkat perlindungan yang sama terhadap varian virus corona B.1.1.7 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris.
Hal itu didasari studi tentang efikasi AstraZeneca terhadap varian virus corona B.1.1.7.
Sumber yang sama menyebutkan, bahkan jika kita terinfeksi varian virus B.1.1.7, B.1351 atau 501Y.V2 yang pertama diidentifikasi di Afrika Selatan dan varian P.1 yang pertama kali diidentifikasi di Brasil, vaksin AstraZeneca disebut masih dapat memberikan perlindungan.
Sebab, semuanya adalah varian dari strain virus corona awal yang telah dirancang untuk dilawan oleh vaksin.
Vaksin yang ada mungkin tidak dapat mengenali bagian-bagian yang telah bermutasi, tetapi tetap akan mengenali bagian lainnya. (Nabilla Tashandra)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari