Penulis
Intisari-online.com -Amerika Serikat (AS) termasuk negara yang cukup terlambat memvaksinasi warganya.
Baru beberapa hari yang lalu negara itu akhirnya melegalkan penggunaan vaksin buatan Johnson & Johnson untuk vaksinasi nasional.
Namun, rupanya ada penentangan hebat dari warga negara Paman Sam.
Bahkan, penentangan ini cukup kuat karena melibatkan para pemuka agama.
Dilansir dari CNN, saat pejabat dan ahli kesehatan berlomba-lomba mempercepat vaksinasi Covid-19, beberapa pendeta Katolik menentang vaksinasi tersebut.
Padahal vaksin buatan Johnson & Johnson diklaim vaksin yang praktis dengan kemampuannya yang bisa sekali suntik saja, sementara vaksin dari perusahaan farmasi lain perlu disuntikkan dua kali.
Namun para pendeta Katolik justru melarang para anggota gerejanya untuk melaksanakan vaksinasi tersebut.
Mereka mengatakan lebih baik mencari vaksin dari pengganti vaksin buatan Johnson & Johnson.
Rupanya, ada pertentangan hebat yang menjadi masalah utama bagi para pendeta Katolik AS.
Konferensi waligereja AS bersama dengan setidaknya 6 keuskupan lain dari seluruh negeri telah merilis pernyataan, ungkapkan "keprihatinan moral" atas vaksinasi.
Hal ini rupanya disebabkan karena penggunaan sel yang dikembangkan di laboratorium berasal dari sel jaringan janin aborsi.
Vaksin Johnson & Johnson adalah vaksin ketiga yang dilegalkan untuk dipakai di AS, dan tidak seperti pendahulunya, Pfizer dan Moderna, Johnson & Johnson cukup memerlukan satu kali penyuntikan.
Keunggulan lainnya, vaksin ini bisa disimpan di suhu lemari pendingin pada umumnya, membuatnya mudah untuk disebarkan ke mana saja.
Ahli kesehatan sudah mengingatkan warga AS untuk segera lakukan vaksinasi jika memang sudah mendapat jatahnya.
"Jika orang-orang ditawari vaksin Johnson & Johnson, mereka tidak seharusnya mengatakan, 'Aku tidak ingin itu'," ujar Dr. Paul Goepfert, direktur Klinik Penelitian Vaksin Alabama.
"Kita tidak sedang dalam skenario di mana kita bisa memilih vaksin."
Terkait dengan legalisasi penggunaan darurat dari AS untuk vaksin Johnson & Johnson, kantor doktrinal untuk Gereja Katolik Roma, Kongregasi untuk Doktrin Iman, mengatakan jika "dapat diterima secara moral untuk menerima vaksin Covid-19 yang telah menggunakan sel turunan dari janin aborsi dalam proses penelitian dan produksinya."
Oleh sebab itu, pernyataan baru dari Konferensi Para Uskup bertentangan dengan catatan yang disetujui oleh Paus Francis, yang Januari lalu sudah mendapat suntikan vaksin.
Desember lalu Konferensi Para Uskup sudah menyebutkan jika "penggunaan vaksin semacam itu bukan berarti persetujuan atas tindakan aborsi di mana sel-sel yang digunakan untuk vaksin berasal darinya."
Saat dihubungi, Johnson & Johnson mengatakan: "Kami bangga membawa vaksin Covid-19 ke dunia dan berperan dalam mengakhiri pandemi ini. Suntikan tunggal vaksin Covid-19 menggunakan vektor adenovirus non-infeksi yang tidak aktif, mirp dengan virus flu, yang mengkode protein 'lonjakan' virus Corona, dan tidak ada jaringan janin dalam vaksin.
"Kami mampu memproduksi ratusan juta dosis menggunakan rekayasa sistem garis sel dan berharap dapat memberikan dosis tersebut ke seluruh dunia serta membantu memenuhi kebutuhan kritis.
Gedung Putih sendiri Rabu kemarin menolak pernyataan dari Konferensi Para Uskup.
Pejabat Pemerintah menyebutkan pernyataan Vatikan Desember lalu, menambahkan pemerintahan Biden juga "mengatasi keraguan dan bekerja dengan utusan lokal tentang bagaimana cara mengatasinya, termasuk dengan para pemimpin agama."
Diketahui, Joe Biden sendiri adalah seorang Katolik yang taat.
Baca Juga: Kemenkominfo Luncurkan Prangko Khusus, Tandai Kesiapan Perangi Covid-19
Membuat vaksin menggunakan sel janin aborsi
Lantas, apakah memang vaksin Covid-19 menggunakan sel janin aborsi?
Rupanya klaim ini tidak benar, dan kesalahpahaman ini berasal dari simpang siur saja.
Pembuat vaksin terkadang menggunakan garis sel janin saat mengembangkan suatu vaksin.
Mengutip CNN, Pfizer dan Moderna menggunakan garis sel yang berasal dari jaringan janin untuk menguji vaksin mereka.
Sementara itu vaksin buatan Johnson & Johnson mengunakannya di "perkembangan, konfirmasi dan produksi," menurut Dr. James Lawler, ahli penyakit menular di Nebraska Medicine.
Yang dimaksud garis sel janin adalah sel yang dikembangkan di laboratorium, turunan dari sel janin aborsi pilihan di tahun 1970 dan 1980-an.
Mengutip Nebraska Medicine, sel individu dari tahun 1970 dan 1980-an tersebut sejak diambil kemudian diperbanyak menjadi jutaan sel selama 40-50 tahun terakhir, menjadi garis sel janin.
Garis sel janin yang hasil dari perbanyakan ini adalah ribuan generasi yang dikeluarkan dari jaringan janin asli, dan tidak mengandung jaringan apapun dari janin.
Vaksin dari Pfizer dan Moderna tidak menggunakan garis sel janin untuk fase perkembangan atau produksi, sehingga tidak ada garis sel janin yang digunakan untuk membuat vaksin atau disuntikkan ke tubuh manusia.
Namun kedua perusahaan tersebut mengkonfirmasi mereka menggunakan garis sel janin dalam fase konfirmasi atau fase menguji keberhasilan vaksin, dengan garis sel vaksin HEK 293 yang diturunkan dari jaringan yang berasal dari aborsi terpilih di Belanda tahun 1973.
Sementara itu, vaksin Johnson & Johnson sedikit berbeda.
Vaksin ini merupakan vaksin vektor adenovirus, yang menggunakan virus penyebab flu biasa dan sudah tidak mematikan.
Adenovirus berperan sebagai pembawa dan sarana pengiriman, dan setelah ditambahi protein lonjakan virus Corona ke DNA-nya, virus ini dimasukkan ke dalam tubuh, mengirimkan DNA yang dimodifikasi ke sel manusia.
Sel manusia kemudian akan membuat protein lonjakan, mengaktifkan sistem kekebalan manusia.
Setelah diaktifkan, sistem kekebalan manusia akan menciptakan antibodi untuk melawan lonjakan protein.
Untuk membuat vektor vaksin ini, Johnson & Johnson menginfeksi garis sel janin PER.C6 dengan adenovirus tersebut.
Semua sel PER.C6 yang digunakan untuk memproduksi vaksin Johnson & Johnson merupakan turunan dari jaringan yang diambil dari aborsi terpilih tahun 1985 d I Belanda.
Mereka menggunakan garis sel ini karena industri ini sudah dipelajari dengan baik dan memang aman serta bisa diandalkan untuk produksi vaksin virus tersebut.
Sehingga tidak ada dari vaksin Covid-19 yang menggunakan garis sel janin yang diambil dari aborsi baru-baru ini.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini