Intisari-online.com -Dunia sempat berharap setelah lengsernya Trump dari Washington akan memberikan jeda untuk ketegangan AS-China.
Namun sepertinya ketegangan itu akan terus berjalan.
Dalam waktu pendek sejak Joe Biden sudah disumpah, China telah menerbangkan lebih dari dua lusin jet tempur di dekat pulau Taiwan dan loloskan undang-undang yang perbolehkan penjaga pantainya menembaki kapal asing.
Sementara itu, Angkatan Laut AS telah mengirimkan kapal induk pembawa jet tempur dalam kelompok penyerang ke Laut China Selatan.
Dikutip dari CNN, analis mengatakan pergerakan ini mungkin hanya permulaan dari apa yang diprediksi sebagai hubungan renggang antara administrasi Biden dengan Beijing.
"China sering menggunakan rangkaian tes untuk menentukan niat saingannya atau keinginan mereka merespon akksi China," ujar Carl Schuster, mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan AS Komando Pasifik.
Langkah selanjutnya dari Beijing dapat melibatkan latihan militer skala besar di dekat Taiwan atau di Laut China Selatan, atau menghentikan kapal asing dengan embel-embel dilarang memasuki perairan China, ujar Schuster.
Beijing akan mencoba menentukan di mana batas kemarahan administrasi Biden, tambahnya.
Namun sekretaris Kabinet Biden telah menjelaskan di mana administrasinya akan berdiri mengenai klaim teritori China di Indo-Pasifik.
"Kurasa China adalah tantangan paling menantang dan signifikan untuk ke depannya," ujar Menteri Pertahanan baru Lloyd Austin minggu lalu.
Departemen Pertahanan juga akan fokus meyakinkan China atau tindakan apapun, agar bisa menjelaskan jika melawan militer AS akan menjadi "ide yang sangat buruk," ujar Austin.
Kini ada tiga poin penting bagi AS.
Laut China Selatan
China mengklaim hampir semua dari 1.3 juta mil persegi Laut China Selatan.
Sejak 2014, China telah membangun karang kecil dan pantai pasir menjadi pulau reklamasi dan diperkuat dengan rudal, jalur terbang dan sistem senjata, melawan pemerintah yang lebih berkuasa di tempat itu termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei dan Taiwan.
Washington tidak mengenali klaim itu dan secara teratur mengirim kapal perang dan senjata militer ke tempat itu.
Bagian dari kehadiran AS termasuk kebebasan operasi pembebasan, yang mana kapal Angkatan Laut AS berlayar di dalam 12 mil laut, batas teritori perairan suatu negara di dalam hukum internasional, dari lahan-lahan yang diklai oleh China, termasuk kepulauan Spratly dan Paracel.
Operasi pembebasan itu disebut FONOPS dan AL AS telah laksanakan 10 FONOPS di tahun 2020 di bawah administrasi Trump, menyetarakan catatan FONOPS di tahun 2019.
Namun komitmen AS membebaskan Laut China Selatan melebihi mendekati pulau-pulau itu, seperti ditunjukkan yang terjadi minggu ini, yang mana militer AS mengirimkan kelompok penyerang kapal induk ke wilayah tersebut.
Kelompok itu mengikuti pengiriman serupa di tahun 2020, termasuk keputusan langka mengirimkan dua kelompok penyerang untuk latihan di laut itu dalam waktu yang sama.
AS juga secara teratur melaksanakan latihan dengan sekutu dan mitra di Laut China Selatan.
China mempertahankan pendapat jika kehadiran AS justru memperkeruh suasana, sementara Beijing melanjutkan mengklaim teritori-teritori di sekitarnya, mengirimkan jet tempur ke pangkalan yang sudah mereka bangun di pulau-pulau buatan itu dan juga tingkatkan latihan militer.
Tingkat latihan militer ini sangat tinggi sampai para analis sudah berekspektasi jika akan ada konfrontasi.
Tampaknya kehadiran AS yang meningkat di wilayah itu tidak akan berubah karena saat kampanye Biden mengingat bagaimana saat ia menjadi wakil presiden ia mengatakan kepada Xi Jinping bagaimana militer AS akan menghadapi zona identifikasi pertahanan udara di wilayah itu.
"Aku bilang kita akan terbang melewatinya… kita tidak akan peduli."
Taiwan dan Selat Taiwan
Taiwan juga menjadi kunci strategi AS terhadap China, dan AS selama ini tidak secara langsung tunjukkan dukungan kepada Taiwan sejak Washington menerapkan hubungan diplomasi formal dengan Beijing pada tahun 1979.
China sendiri melihat Taiwan sebagai bagian dari mereka, dan Taiwan adalah salah satu provinsi China.
Mulai tahun ini di bawah Xi Jinping, China mulai meningkatkan tekanannya untuk Taiwan, mengancam aksi militer bahkan perang jika Taiwan tidak tunduk.
Beijing sekarang terapkan jika kapal militernya dapat beroperasi dengan bebas di sekitar pulau itu, menyebutnya sebagai wilayah udara China.
Melihat ini, komitmen AS tidak berubah, kapal perang AS telah mengunjungi Selat Taiwan 13 kali di tahun 2020, satu kali lebih banyak dari di tahun 2016 saat Obama masih menjabat.
AS juga tunjukkan komitmen kuat ke pertahanan Taiwan saat administrasi Trump dengan memperbolehkan penjualan peralatan militer ke Taipei, termasuk jet tempur F-16, rudal dan tank tempur.
Baca Juga: Bomber dan Pesawat Tempur China Berbondong-bondong di Kirim ke Taiwan, Apa yang Tengah Terjadi?
Pernyataan terbaru dari administrasi Biden mengatakan jika tidak akan ada penarikan aksi ini semua.
Kemitraan Jepang
Paling penting dari ini semua adalah persekutuan AS dengan Jepang.
Yokosuka adalah pangkalan militer Angkatan Laut AS armada ke-7 yang mengawasi Indo-Pasifik, letaknya berada di dekat Tokyo.
Sementara itu pulau Okinawa menjadi Pangkalan udara Kadena, dinamakan "Kunci Pasifik" dan rumah bagi aset penting perang AS, termasuk jet tempur F-15 dan pesawat anti-kapal selam P-8A.
Pasukan Bela Diri Jepang menjadi salah satu militer paling modern dan profesional di dunia dan pasukan itu secara teratur berlatih dengan AS.
Bagian dari latihan itu tahun lalu berpusat mempertahankan kepemilikan Jepang, yaitu pulau Senkaku, yang diperebutkan juga dengan China di Laut China Selatan.
Dalam pembicaraannya dengan Perdana Menteri Yoshihide Suga Rabu kemarin, Biden berjanji meneruskan komitmennya mempertahankan pulau Senkaku di bawah Perjanjian Pertahanan Setara AS-Jepang.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini