Pemboikotan tersebut secara signifikan melumpuhkan kekuatan militer Belanda.
Aksi boikot oleh pekerja pelabuhan Australia semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada 28 September 1945.
Pekerja pelabuhan di Sydney menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor kapal Belanda dan juga kantor diplomatik Belanda dan memasang spanduk besar berisi desakan agar Belanda meninggalkan Indonesia - 'hands Off Indonesia'.
Perintah ini dikuatkan dengan seruan langsung kepada anggota serikat
pekerja pelabuhan Australia agar tidak memberikan tumpangan pada
tentara dan pekerja Belanda, tidak mengangkat amunisi dan barang-barang
lain seperti makanan dan lainnya ke kapal Belanda.
Semua yang berkaitan dengan Belanda merupakan barang terlarang yang harus diembargo.
Baca Juga: Jepang adalah Wujud Nyata dari Cinta Buta Rakyat Amerika Serikat, Ancaman Disingkirkan Musuh pun Makin Membenci
Juga sebaliknya, sebulan kemudian pada Oktober 1945, Australia memfasilitasi kembalinya lebih dari 1400 para tawanan perang Belanda asal Indonesia yang berada di Australia, ke tanah air.
Mereka kembali ke tanah air menggunakan kapal kargo Australia, Esperance Bay dari pelabuhan Sydney.
Akhirnya, pada pertengahan tahun 1946, pemerintah Australia mulai bersikap tegas untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Bulan Agustus 1946, pemerintah Australia menolak permintaan Belanda
untuk mengirim amunisi dan perlengkapan perang dari Australia ke Indonesia.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR