Intisari-Online.com -Saat ini, Amerika Serikat (AS) masih menjadi pemilik militer paling kuat nomer 1 di dunia.
Berada di posisi paling puncak, kekuatan militer AS terus dibuntuti Rusia dan China.
Selain menjadi militer paling kuat dengan Power Indeks 0,0606 dari angka 0,000 yang dianggap sempurna, AS juga merupakan negara dengan anggaran pertahanan paling besar.
Sebagai perbandingan, di peringkat ke-2, Rusia memiliki Power Indeks 0,0681, dan anggaran pertahanannya hanya sebanyak $ 48 miliar untuk tahun lalu.
Baca Juga: Terbaru! Inilah 5 Militer Paling Lemah di Dunia, Dua Negara Ini Bertukar Tempat
Namun yang perlu Anda ketahui, Jet tempur Su-57 generasi kelima Rusia bisa mengalahkan F-35 buatan Amerika Serikat (AS) dalam pertempuran udara satu lawan satu, berkat kemampuan manuvernya, Magomed Tolboyev, pilot penguji terkenal, mengatakan.
"Su-57 akan membunuh (F-35) dengan mudah, jika mereka bertemu satu lawan satu."
"F-35 tidak dapat bermanuver, tidak mampu."
"Tapi memang, memiliki kekuatan elektronik," kata Tolboyev, Rabu (20/1), seperti dikutip TASS.
Hanya, fitur elektronik dapat terganggu bahkan oleh solar flare.
"Inilah mengapa, saya menentang segala sesuatu yang elektronik," ujar pilot uji coba era Uni Soviet yang mendapat gelar Pahlawan Rusia ini.
Tolboyev menyebut Su-57 sebagai "pesawat brilian".
Tetapi, dia menggarisbawahi, waktu pertarungan udara satu lawan satu sudah lama berakhir.
"Hari ini, Anda tidak lagi bertarung satu lawan satu."
"Semuanya tergantung pada dukungan Anda."
"Ada peperangan elektronik hari ini."
"Ini bukan lagi sparring tatami, tetapi pendekatan kompleks untuk masalah taktis," ungkapnya.
Baca Juga: Menjadi Konflik Berkepanjangan, Ini Alasan Belanda Menolak Irian Barat Dimasukkan Wilayah Indonesia
Menghancurkan semua jenis target
Su-57 generasi kelima dirancang untuk menghancurkan semua jenis target udara, darat, dan laut.
Jet tempur ini memiliki fitur jelajah supersonik, ruang senjata internal, lapisan penyerap radio, dan kompleks avionik terbaru.
Sedang F-35 adalah jet tempur siluman multiguna, dirancang dengan prinsip visibilitas radio rendah.
Mesin perang ini dikembangkan oleh AS dan delapan negara lainnya: Australia, Inggris, Denmark, Italia, Kanada, Belanda, Norwegia dan Turki.
Namun, tahun lalu Washington mengeluarkan Ankara dari program sebagai pembalasan atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.
Tolboyev, purnawirawan Mayor Jenderal yang kini berusia 70, adalah pilot penguji Kehormatan Rusia.
Selama aktif, ia menguji lebih dari 50 jenis dan modifikasi pesawat, termasuk MiG-29, MiG-31, Su-24, dan Su-27.
Baca Juga: Ini Alasan China Kepincut Setengah Mati oleh Timor Leste, Ternyata Bukan untuk Adang Australia
Pada pertengahan 1980-an, Tolboyev berpartisipasi dalam program luar angkasa Energia-Buran dan menjalani kursus pelatihan penuh untuk penerbangan luar angkasa berawak pada pesawat ruang angkasa multiguna.
Program luar angkasa Soviet Buran menghasilkan pesawat ulang-alik Buran berdasarkan peluncur super berat ketiga dalam sejarah, Energia.
Energia akan digunakan sebagai pangkalan untuk misi Mars berawak.
Buran dimaksudkan untuk beroperasi dalam peran dukungan pada platform militer berbasis ruang angkasa yang besar sebagai tanggapan pertama terhadap Pesawat ulang-alik AS dan kemudian Strategic Defense Initiative.
Pada saat sistem itu beroperasi, yaitu tahun 1988, perjanjian pengurangan senjata strategis membuat Buran menjadi progam yang redundan.
Pada 15 November 1988, pengorbit Buran dan roket Energia diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan, dan setelah tiga jam dan dua orbit, meluncur kemudian mendarat beberapa mil dari landasan peluncurannya.
(*)