Inilah Hasil Perjanjian Roem Royen 1949, Perundingan yang Berlangsung Alot Sampai Harus Menghadirkan Bung Hatta dari Pengasingan

Khaerunisa

Penulis

Inilah Hasil Perjanjian Roem Royen 1949, Perundingan yang Berlangsung Alot Sampai Harus Menghadirkan Bung Hatta dari Pengasingan
Inilah Hasil Perjanjian Roem Royen 1949, Perundingan yang Berlangsung Alot Sampai Harus Menghadirkan Bung Hatta dari Pengasingan

Intisari-Online.com - Merupakan salah satu bagian penting dari dicapainya pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, seperti apa hasil Perjanjian Roem Royen?

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, ternyata Belanda ingin kembali menguasai Indonesia.

NICA, pemerintah sipil Hinda Belanda datang dengan 'memboncengi' pasukan sekutu yang dikirim untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang di Indonesia.

Berbagai upaya pun dilakukan Indonesia untuk membebaskan diri dari Belanda, salah satunya melalui jalur diplomasi.

Baca Juga: Inilah Isi Resolusi New Delhi 1949, Dukungan Negara-negara Asia untuk Indonesia yang Hendak Kembali Dikuasai Belanda

Perjanjian Roem Royen merupakan salah satu upaya diplomasi tersebut, yang dilaksanakan setelah terjadi Agresi Militer II.United Nations Commission for Indonesia (UNCI) PBB membawa perwakilan kedua negara ke dalam perjanjian ini.

Selain itu, Perjanjian Roem Royen jugalah yang kemudian mengantarkan Indonesia dan Belanda ke Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan pengakuan kedaulatan oleh Belanda.

Sebelum Perjanjian Roem Royen, telah ditandatangani Perjanjian Linggarjati 1946 dan Perjanjian Renville 1948, namun tidak menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda. Bahkan Perjanjian Renville banyak merugikan Indonesia.

Berikut ini hasil Perjanjian Roem Royen, yang ditandatangani pada 7 Mei 1949.

Baca Juga: Fenomena Langka! Perhatikan Ketika Gurun Sahara Diselimuti Salju, Suhunya Hingga Minus Tiga Derajat Celcius, Pernahkah Anda Bayangkan?

Isi Perjanjian Roem-Royen bagi Indonesia:

  • Memerintahkan "pengikut RI yang bersenjata" untuk menghentikan perang gerilya.
  • Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan.
  • Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat "penyerahan" kedaulatan yang sungguh lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.
Baca Juga: Tahu Pelantikan Joe Biden Dihadiri Artis-Artis Hollywood Ternama Ini, Donald Trump Mencak-Mencak Artisnya Beda dengan Saat Pelantikan Dirinya

Perjanjian Roem-Royen untuk Belanda:

  • Belanda menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.
  • Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik.
  • Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum tanggal 19 Desember 1948 dan tidak akan meluaskan negara atau daerah dengan merugikan RI.
  • Menyetujui adanya RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
  • Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya Konferensi Meja Bundar segera diadakan sesudah pemerintah RI kembali ke Yogyakarta.
Baca Juga: Berita Duka Ini Membuat Kate Middleton Sempat Simpan Sesal yang Besar Terkait Rencana Pertunangannya dengan Pangeran William Dulu

Dalam perundingan Roem Royen, delegasi Indonesia diketuai oleh Mohamad Roem, sementara Belanda diwakili Herman Van Roijen (Royen).

Nama tokoh yang mewakili kedua negara itulah yang kemudian menjadi nama perjanjian tersebut.

Ditandatangani pada 7 Mei 1949, perundingan ini dimulai sekitar 3 minggu sebelumnya, yaitu pada 14 April 1949.

Perundingan berlangsung alot, sehingga UNCI mengusulkan untuk menghadirkan Wakil Presiden Mohammad Hatta dari pengasingan di Bangka.

Baca Juga: Barambisi Tak Terkalahkan oleh AS, China Sampai Latih Pasukannya dengan Cara Tak Terduga untuk Persiapan Bertempur di Medan Perang

Alotnya Perjanjian Roem Royen karena perundingan ini tidak pernah memberikan kepuasan yang cukup antara kedua belah pihak.

Selain kehadiran Mohammad Hatta, kehadiran Sri Sultan Hamengkubuwono IX begitu penting untuk Indonesia dalam perundingan ini, karena pernyataannya yang sangat menguatkan Indonesia.

Saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengatakan 'Jogjakarta is de Republiek Indonesie' (Yogyakarta adalah Republik Indonesia).

Tokoh yang terlibat diperjanjian Roem Royen dari Indonesia antara lain Ali Sastroamijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, Latuharhary dan Sultan Hamengkubuwono IX.

Baca Juga: Jabatannya Sebagai Presiden Sudah Diujung Tanduk, Tak Disangka Ada 603 Pencapaian Donald Trump Selama Menjadi Presiden AS, Apa Contohnya?

Sementara, tokoh dari Belanda yang dikirimkan antara lain Blom, Jacob, dr. Gede, dr.Van, Dr. Koets, Dr. Gieben dan Van Hoogstratendan.

PBB mengirimkan wakilnya yakni Merle Cochran dari Amerika Serikat sebagai ketua, Critchley dari Australia serta Harremans yang berasal dari Belgia.

Sebagai tindak lanjut Perjanjian Roem Royen, kemudian diadakan perundingan formal antara Indonesia, Belanda, dan Majelis Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) di bawah pengawasan Critchley (Australia) pada 22 Juni 1949.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste: Pembantaian 5 Jurnalis Australia di Timor Leste, Kisah Kelam Periode Invasi Timor Timur oleh Indonesia

Perundingan itu kemudian menghasilkan keputusan, sebagai berikut:

  • Pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta dilaksanakan pada 24 Juni 1949
  • Pasukan Belanda akan ditarik mundur dari Yogyakarta pada 1 Juli 1949.
  • Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta setelah TNI menguasai keadaan sepenuhnya di daerah itu
  • Mengenai penghentian permusuhan akan dibahas setelah kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta
  • Konferensi Meja Bundar diusulkan akan diadakan di Den Haag, Belanda
  • Yogyakarta baru sepenuhnya ditinggalkan tentara Belanda pada 29 Juni 1949.
Baca Juga: Fenomena Langka! Perhatikan Ketika Gurun Sahara Diselimuti Salju, Suhunya Hingga Minus Tiga Derajat Celcius, Pernahkah Anda Bayangkan?

Setelah penandatangan perjanjian Roem-Royen, Indonesia dan Belanda akhirnya melaksanakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

KMB berlangsung pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949.

Dalam KMB, Belanda bersedia untuk mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara penuh. Selain itu, Indonesia sepakat untuk membentuk suatu Uni Personal dengan kerajaan Belanda.

Perjuangan Indonesia untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari dunia Internasional pun berakhir setelah penandatanganan KMB dan penyerahan kedaulatan Belanda terhadap Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste: Pernah Merdeka 2 Kali! Sebelum Lepas dari Indonesia Ini Fakta Deklarasi Kemerdekaan Timor Timur atas Portugal

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait