"Tidak ada jenjang generasi yang dulunya ada di tahun 1990-an," ujar Ni Lexiong, ahli militer di Shanghai.
Rupanya Perang Teluk, sebuah perang di Timur Tengah kala koalisi pasukan AS menyerang Irak, berperan penting dalam perkembangan signifikan ini.
Meskipun televisi nasional China tidak menampilkan laporan langsung di operasi Timur Tengah tersebut, mereka masih mengamatinya dengan detail.
"Seperti saya, prediksi dari sebagian besar personil militer di China di awal perang adalah AS akan mengulangi kegagalan Uni Soviet di Afghanistan," ujar Liu Dingping, petugas dari Komando Artileri Kedua PLA yang sekarang menjadi Pasukan Roket, menulis dalam artikel koran saat itu.
"Namun…kami salah."
Koalisi yang dipimpin AS tersebut terbangkan lebih dari 100 ribu serangan dan jatuhkan lebih dari 88500 ton bom, yang menghancurkan pertahanan Iran.
Faktanya, koalisi berhasil melakukannya dalam waktu 42 hari, termasuk 100 jam di darat untuk menghapus militer terbesar keempat di dunia saat itu.
"Jika ini adalah kami diserang AS saat itu, hasilnya tidak akan jauh lebih baik," ujar Ni.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR