Intisari-online.com -Indonesia melalui Bakamla mengabarkan kapal survei China diidentifikasi di perairan Indonesia.
Dilansir dari Reuters, kapal penelitian China diidentifikasi di Selat Sunda dengan sistem pelacakan yang dimatikan.
Otoritas lokal mengabarkan hal itu Kamis kemarin, di tengah kekhawatiran Indonesia atas aktivitas maritim Beijing.
Kolonel Wisnu Pramandita, juru bicara Bakamla dalam pernyataannya mengatakan otoritas mencurigai jika kapal itu lakukan aktivitas tanpa izin di Selat Sunda.
Bakamla segera mengetahui aktivitas itu ilegal setelah sistem identifikasi otomatis kapal China itu dimatikan sampai 3 kali.
Kapal Xiang Yang Hong 03 keluar dari Zona Ekonomi Eksklusif akhir Rabu lalu.
Pejabat keamanan Indonesia telah memperhatikan seksama aktivitas kapal China di sekitar kepulauan Indonesia.
Saat ini, kecurigaan Indonesia atas aktivitas China tidak bisa diminimalisasi.
Pasalnya militerisasi Beijing dan pengiriman kapal penangkap ikan yang ditemani coastguard China semakin sering dilakukan.
Insiden terbaru yaitu penemuan drone oleh nelayan lokal di pulau Sulawesi bulan lalu semakin membuat Indonesia khawatir.
Analis mengatakan drone tersebut dibuat di China.
Saat ini Angkatan Laut Indonesia sedang menginvestigasi asal muasalnya.
Masih tidak jelas apakah ada hubungan antara kapal penelitian tersebut dengan drone yang ditemukan di Sulawesi, papar Bakamla.
Saat dihubungi lewat radio, kapal Xiang Yang Hong 03 mengabarkan jika pengenal diri mereka telah mengalami malfungsi sehingga sering kali mati, menurut kabar dari Bakamla.
Pengenalan kapal itu bersamaan dengan operasi evakuasi Sriwijaya Air.
Evakuasi di Laut Jawa itu telah dilaksanakan sejak hari Minggu 10 Januari 2021.
Sebelumnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 jatuh di Laut Jawa dengan total penumpang adalah 62 orang.
Saat ini kedutaan besar China di Jakarta tidak segera menjawab atas adanya kapal tersebut.
Sementara itu juru bicara Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, mengatakan ia tidak merasa memberikan izin untuk aktivitas penelitian maritim apapun.
Perlu diingat, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah yang bermanfaat untuk perdagangan.
Tidak hanya itu, perairan Indonesia memiliki keragaman yang beraneka ragam dan menjadi tempat penyimpanan energi yang penting.
Posisi Indonesia juga terhitung penting dalam konflik Laut China Selatan.
Rabu itu juga merupakan hari terakhir kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
Sehingga insiden ganjil ini terjadi di tengah kekhawatiran mengenai militerisasi Beijing yang meningkat di Laut China Selatan.
Kamis kemarin di Washington, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan AS akan menerapkan sanksi batasan visa kepada para eksekutif perusahaan China yang dimiliki negara.
Serta anggota militer China dan partai Komunis bertanggung jawab atas atau terlibat dalam reklamasi, konstruksi dan militerisasi besar-besaran Laut China Selatan.
Pembatasan juga berlaku untuk siapapun yang berkaitan dengan 'penggunaan cara koersif oleh partai Komunis China melawan klaim Negara Asean sampai memotong akses negara Asean di perairan itu', seperti yang diungkapkan oleh Pompeo.
Indonesia tidak pernah menempatkan dirinya berkepentingan dalam konflik Laut China Selatan, tapi tindakan Beijing membuat Indonesia terlibat juga.
Klaim China atas 9 garis putus-putus termasuk Laut Natuna Utara, dan melanggar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Akibatnya, Indonesia memiliki beberapa pertikaian dengan China atas tuduhan jika kapal penangkap ikan China yang diantar oleh kapal Coastguard China, beroperasi di Laut Natuna Utara.
Indonesia adalah satu-satunya negara kepulauan dengan garis laut berkepulauan juga.
Semua kapal termasuk kapal perang sebenarnya boleh masuki wilayah Indonesia asalkan lakukan transit yang jelas dan tidak mengancam.
Namun Indonesia mewajibkan semua kapal melewati perairan Indonesia dan perairan luar, dengan mengaktifkan sistem pengenalan otomatisnya dan melaporkan kerusakan ke stasiun pantai terdekat.
Kapal yang kemarin sampai masuk ke Selat Sunda tersebut tidak mengaktifkan pengenalan dirinya selama 13 jam sembari berlayar ke Laut Natuna Utara, 34 jam di Laut Natuna Selatan dan 5 jam di Selat Karimata dengan kecepatan rata-rata 10.9 knots.
Kapal patroli Bakamla dikabari mengenai kapal China saat melewati Selat Sunda pada pukul 2.30 siang.
Saat itu kapal China berjarak 40 mil laut dari kapal Bakamla.
Bakamla berangkat untuk bergabung tim SAR mencari puing pesawat Sriwijaya Air.
Kapal Bakamla KN Nipah 321 mendekat kepada kapal China dan membuka komunikasi dengan kaptennya sekitar 8 malam.
Wisnu Pramandita mengatakan kru patroli tidak menginvestigasi kapal itu lebih jauh lagi karena cuaca buruk.
Oleh karenanya kapal China tersebut hanya dituntun keluar dari ZEE Indonesia saja.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini