Intisari-online.com -Kecelakaan pesawat selalu membuat ngeri banyak orang.
Tentunya hal seperti itu tidak pernah diharapkan orang untuk terjadi.
Kenyataannya, pada tahun-tahun tertentu, ada saja kejadian kecelakaan pesawat yang sangat mengerikan.
Seperti tahun 1972 ini.
Tahun itu sampai mendapat julukan tahun terburuk dalam dunia penerbangan.
Julukan itu rupanya tidak datang tanpa sebab, pasalnya memang ada banyak data tunjukkan betapa mengerikannya penerbangan tahun itu.
Mengutip catatan sejarah yang dituliskan di Flight Safety Australia, 1972 sebenarnya merupakan tahun ketika manusia mendarat di bulan serta penerbangan armada pertama Airbus.
Kejadian di darat yang cukup mengerikan di tahun 1972 adalah pembantaian massal atlit Israel di Olimpiade Munich.
Namun di udara, sudah terhitung ribuan nyawa terbunuh selama tahun 1972 itu.
Seluruh dunia mencatat ada 2373 warga meninggal dunia atas kecelakaan pesawat di tahun 1972.
Rupanya ada 72 kecelakaan pesawat terbang di tahun 1972, yang didefinisikan oleh Aviation Safety Network (ASN) sebagai kecelakaan kehilangan lambung untuk pesawat 14 kursi atau lebih besar.
Kecelakaan kehilangan lambung adalah istilah kecelakaan penerbangan di mana pesawat penerbangan rusak total dan tidak bisa diperbaiki lagi.
Memang, kecelakaan yang terjadi di tahun 1972 tidak separah data ASN di tahun 1948 yang mencatat 99 kecelakaan pesawat.
Namun karena tahu 1972 sudah banyak pesawat besar dipakai, 72 kecelakaan itu membunuh lebih banyak orang.
Tahun itu tepat seminggu saat pesawat Spanyol terbang ke puncak pegunungan sembari dilaporkan krunya berdiskusi tentang sepak bola dengan ATC (stasiun kontrol).
8 hari sebelum tahun itu berakhir, kecelakaan serupa terjadi di Norwegia, kali ini kru dan stasiun kontrol membicarakan Natal.
Namun itu bukan kecelakaan besar di tahun itu.
Pada 28 Desember, pesawat Lockheed L1011 Tristar jatuh ke dalam rawa dekat Bandara Miami, AS, membunuh 101 penumpang dan kru.
Kecelakaan itu terjadi karena alasan lama, yaitu penerbangan yang dikendalikan ke medan (CFIT) dan kehilangan kendali dalam penerbangan (LOC), hanya saja pada pesawat baru dan lebih besar.
Kecelakaan pesawat Ilyushin 162 pada Oktober 1972 menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan di dunia, dengan korban tewas sebanyak 174 orang.
Namun rekor itu terus dikalahkan pada Januari tahun berikutnya, kecelakaan Boeing 707 yang tewaskan 176 orang.
Pemimpin tim simulasi penerbangan CASA, John Frearson adalah perwira junior pertama yang berusia 21 tahun pada tahun 1972 yang menerbangkan Fokker F27s untuk TAA.
"Bahkan jika Anda di sana, sulit kembali dan menempatkan diri Anda di dunia itu," ujarnya.
"Kegagalan dan kecelakaan-kecelakaan itu merupakan gabungan antara kemunduran dan tekad," ujar Frearson.
"Itu bukan karena penerimaan takdir yang tidak diinginkan, melainkan 'hal-hal ini akan terjadi' dikombinasikan dengan keinginan memastikan mereka tidak terjadi pada kita semua.
"TAA memang hidup sesuai dengan visi 'jadwal memang penting tapi keamanan jadi yang paling penting'."
Frearson tidak mengkaitkan perbedaan 1972 dengan tahun lain, tapi ia nyatakan di awal dekade 1970an memang ada periode transisi di aviasi.
Transisi tersebut berasal dari pesawat tubuh lebar sudah mulai bekerja dengan teknik pengoperasian yang spesifik dan budaya keamanan umum tidak segera berkembang.
Kecelakaan pesawat Tristar, penerbangan Eastern Airplanes 401 pada 28 Desember 1972, merupakan kasus yang cukup baik menjelaskan hal ini.
"Itu merupakan kecelakaan yang memulai dorongan menuju manajemen sumber daya kru (CRM).
"Saya ragu-ragu untuk mengatakan itu satu-satunya contoh, karena ada banyak kecelakaan serupa tapi Eastern 401 meliputi konsep alokasi tugas masuk."
"Segera setelah masalah manajemen kokpit berkembang menjadi masalah CRM dari beberapa kecelakaan seperti hilangnya penerbangan United Airlines 173 di Portland, AS, maskapai penerbangan mulai lakukan pelatihan CRM mereka sendiri.
Frearson mencatat bagaimana teknologi umum hari ini telah mengeliminasi pembunuh-pembunuh di awal dekade 70-an itu, yaitu CFIT dan kolisi udara pertengahan.
Tahun 1972, insinyur Kanada Don Bateman sudah bekerja di Honeywell dalam sistem peringatakan kedekatan darat (GPWS), yang diwajibkan bagi maskapai penerbangan AS pada Desember 1975.
Demikian juga sistem tabrakan dan penghindaran lalu lintas (TCAS) sekarang sebagian besar menghilangkan tabrakan di udara.
TCAS dijadikan persyaratan di AS sejak 1980-an setelah terjadinya tabrakan Piper Archer dan McDonnel Douglas DC-9 pada 1986.
1972 juga baru dikenal istilah human error, sebuah konsep yang sebelumnya dianggap tidak ada.
Akhirnya, sistem manajemen keselamatan (SMS) mulai muncul, yaitu pilot tidak hanya belajar dari kejadian yang menimpanya tapi juga rentetan kecelakaan yang pernah terjadi, artinya pelatihan harus distandarisasi dan SOP harus ditulis, dengan demikian pilot di bawah rata-rata dengan jumlah jam terbang masih minim bisa tetap bertahan.
Pilot masa itu memiliki beban kerja tinggi dan sedikit bantuan dari autopilot, yang hanya bisa digunakan baru setelah 9000 kaki.
Selain itu, pemantauan mesinnya masih kuno, dengan insinyur penerbangan gunakan kertas A3 dilengkapi kertas karbon untuk mencatat parameteri mesin, pembakaran bahan bakar, penggunaan oli dan lain sebagainya.
Namun, tahun 1972 sudah tunjukkan perkembangan penerbangan pesawat dibandingkan sepuluh tahun berikutnya.
Ini artinya, teknologi keselamatan dan keamanan penerbangan akan terus berkembang dengan kesadaran umat manusia untuk selalu mementingkan keselamatan dalam urusan transportasinya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini