Dari 88 Pesawat yang Lenyap Hingga Kawasan Paling Berbahaya untuk Terbang, Inilah Fakta-fakta Tak Terduga dari Kecelakaan Pesawat

Ade S

Penulis

Chart showing fatal accidents from 2003 to 2012 by stage of flight. Malaysia Airlines flight MH370 reportedly climbed to a cruise height of 35,000 feet before losing contact with air traffic controllers. REUTERS

Intisari-Online.com -Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabut (9/1/2021) telah mengingatkan kembali berbagai hal mengerikan seputar pesawat terbang.

Sriwijaya Air SJ 182 sendiri diduga terjatuh di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, hanya 4 menit setelah lepas landas dari Bandar UDara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Sriwijaya Air SJ 182 lepas landas pukul 14.36 WIB lalu dinyatakan hilang kontak pukul 14.40 WIB.

Tak pelak, kabar tersebut langsung membangkitkan kembali ketakutan manusia untuk menggunakan pesawat terbang.

Baca Juga: Kecelakaan Sriwijaya Air Jadi Kecelakaan Ketiga Selama 4 Tahun, Pesawat Boeing 737 Sempat Berganti Julukan The Best Selling Plane Menjadi Pesawat Maut, Tapi Mengapa Bisa Segera Dapat Izin Terbang?

Ya, sebuah data memang menunjukkan bahwa naik pesawat lebih aman dibanding mengemudikan mobil.

Namun, ketika sebuah kecelakaan pesawat terjadi, perhatiannya akan lebih besar diberikan dibandingkan dengan kecelakaan mobil.

Padahal, sebuah data di bawah ini malah menunjukakn abhwa kematian per penumpang pesawat justru sudah mengalami penurunan drastis.

Benarkah demikian? Simak saja fakta-fakta tak terduga terkait kecelakaan pesawat seperti dilansir darivox.comberikut ini.

Baca Juga: Tepat Sehari Sebelum Pesawatnya Jatuh saat Digunakan Sriwijaya Air, Boeing Dituntut Bayar Rp35 Triliun untuk 2 Kecelakaan Maut, Salah Satunya Terjadi di Indonesia

1) Kematian per penumpang pesawat telah menurun.

The Economist melakukan analisis yang bagus tentang tren terkini kecelakaan pesawat.

Mereka menyimpulkan bahwa: "Selama empat dekade terakhir kematian di pesawat terbang — baik itu karena kecelakaan atau terorisme — telah menurun bahkan ketika jumlah pelancong meningkat hampir sepuluh kali lipat."

Grafik di atas juga menunjukkan bahwa mayoritas kematian disebabkan oleh kecelakaan, bukan serangan teroris.

Baca Juga: Boeing 737-500 Seperti yang Digunakan Sriwijaya Air Sudah Banyak Dipensiunkan, Penyelidik Kecelakaan Penerbangan Malah Sebut Usia Bukan Faktor Utama, Lalu Apa?

2) Sedikitnya 88 pesawat hilang sejak 1948.

Sebuah data tentang pesawat hilang pernah dikeluarkan olehAviation Safety Network, sebuah inisiatif swasta independen yang mengelola basis data ekstensif kecelakaan pesawat, militer, dan perusahaan di seluruh dunia.

Dalaa data tersebut terlihat bahwa sejak 1948, telah ada 88 penerbangan hilang sama sekali tanpa jejak.

"Dalam kasus ini tidak ada satu pun puing-puing, minyak, atau tubuh yang ditemukan," kata situs tersebut.

Baca Juga: Sempat Dikaitkan dengan Penyebab Jatuhnya Sriwijaya Air SJ182, yang Sudah Berusia 26 Tahun, Pakar Ungkap Meski Usianya Tua Kondisi Pesawat Bisa Tetap Sehat, Ini Alasannya

3) Pesawat jet mengalami kecelakaan paling banyak saat lepas landas dan mendarat.

Grafik Reutersdi atas menunjukkan kecelakaan fatal pada jet komersial dari tahun 2003 dan 2012, dan trennya cukup jelas.

Meskipun pesawat menghabiskan banyak waktu untukterbang di ketinggian, bagian paling berbahaya ada di bagian paling akhir dan paling awal penerbangan.

Itu sebabnya mereka selalu menyuruhmu menyingkirkan meja nampanmu baik saat akan lepas landas maupun akan mendarat.

Baca Juga: Pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-500 yang Jatuh Merupakan Model Tanpa Sistem Kontrol Otomatis, Seperti Kecelakaan Lion Air 2018

4) Terbang di Amerika Utara jauh lebih aman daripada di Afrika atau bekas Uni Soviet.

Saat kecelakaan disesuaikan dengan jumlah penerbangan, Amerika Utara dan Eropa adalah tempat yang cukup aman untuk terbang.

Seperti yang ditunjukkan oleh data Forbes di atas, penerbangan akan lebih berbahaya jika dilakukan di beberapa negara Afrika dan bekas Soviet.

Baca Juga: Sriwijaya Air SJ182 Hilang Kontak dalam Hitungan Detik, Inilah Critical Eleven, 11 Menit Penuh Risiko dalam Penerbangan, Bak Dekati Gerbang Kematian

5) Bagian paling aman dari pesawat mungkin adalah bagian belakang. Atau mungkin tidak..

Pada tahun 2007, Popular Mechanicsmeneliti sejumlah kasus kecelakan pesawat fatal yang terjadi di AS selama36 tahun.

Mereka mencoba menemukan di mana orang-orang yang selamat dari mereka duduk.

Hasilnya, mereka menyimpulkan bahwa bagian belakang pesawat lebih baik.

Namun, karena kerusakan seperti itu sangat jarang, hanya ada 20 kerusakan yang tersedia untuk dianalisis.

Dan itu membuatnya tidak jelas apakah ini hanya kebetulan statistik dalam kumpulan data kecil.

Federal Aviation Administration (FAA), lembaga regulator penerbangan sipil di AS, justru mengatakan bahwa tidak ada cara untuk mengetahui daerah mana yang paling aman.

Tetapi karena duduk di belakang tidak mungkin membahayakan Anda, Anda sebaiknya melakukannya jika Anda mau.

Artikel Terkait