Advertorial
Intisari-Online.com -Seiring jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182, ketakutan untuk menggunakan pesawat sebagai moda transportasi kembali menyeruak.
Ya, setiap kali ada peristiwa kecelakaan yang menyangkut pesawat terbang komersial, perhatian langsung tertuju pada berita-berita terkait dengannya.
Tidak seperti kecelakaan lalu lintas yang terjadi di darat, baik itu terkait dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Padahal, data-data justru menunjukkan bahwa ketakutan setelah terjadinya kecelakaan pesawat terbang tersebut bisa jadi tak berarti.
Misalnya saja jika kita melihat bagaimana ribuan pesawat di seluruh dunia lepas landas setiap hari.
Belum lagi, secara komparatifkecelakaan pesawat sangat jarang terjadi. Sampai-sampai disebut sebagai salah satu moda transportasi paling aman.
Hanya saja, dalam kecelakaan pesawat, terkadang hanya ada pilihan untuk semua penumpang selamat atau semua penumpang tewas.
Simak saja fakta-fakta tentang kecelakaan pesawat yang dilansir dari vox.com berikut ini.
1)Antara hampir semua orang selamat atau hampir tidak ada yang selamat.
Analisis menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah AS terhadap kecelakaan pesawat pada periode 1983-2000 menemukan bahwa sebagian besar kecelakaan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang sangat tinggi yaitu 81 hingga 100 persen.
Namun dalam beberapa kecelakaan, hanya 0 hingga 20 persen orang yang selamat.
Hampir jarang sekali ada proporsi jumlah orang yang selamat dan tidak selamat dalam yang "lebih seimbang".
2) Terbang jauh lebih aman daripada mengemudi.
Joseph Stromberg memaparkan fakta ini dalam postingandi Vox baru-baru ini.
"Data tentang risiko mengemudi versus penerbangan komersial sangat jelas. Kecelakaan dan serangan pesawat mendapat banyak perhatian, tetapi sangat jarang, dan mengklaim jumlah yang jauh lebih rendahjika dihitung dari jarak yang ditempuh," tulisnya.
"Pada tahun 2012 (juga tahun terakhir yang datanya kami miliki), tidak ada orang yang meninggal dalam penerbangan komersial di AS. Ini termasuk penerbangan internasional oleh maskapai penerbangan AS," tambahnya.
"Bahkan dengan perhitungan konservatif, risiko kematian dalam perjalanan berjarak 100 mil lebih tinggi terjadi saat mengemudi kendaraan dibandingkan dengan menerbangkanmenerbangkan pesawat."
3) Takut terbang bisa menyebabkan lebih banyak kematian di jalan.
Tepat setelah peristiwa 9/11, jumlah orang yang menggunakan pesawat lebih sedikit.
Saat Joseph Stromberg meliput dalam cerita ini, peneliti psikologis Gerd Gigerenzer mencatat bahwabertambahnya jumlah pengemudiini bertanggung jawab atas 353 kematian berlebih dalam tiga bulan setelah peristiwa 9/11.
Ini bukan efek yang besar, dan akan menarik untuk melihat apakah itu bisa terjadi setelah bencana lain juga.
4) Pesawat lebih jarang menabrak dan membunuh lebih sedikit orang.
Tahun terburuk kematian pesawat adalah tahun 1972, menurut analisis International Business Times.
Data memang cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi jelas bahwa kita tidak hidup dalam waktu paling berbahaya untuk terbang.
Lihat saja data di atas.