Penulis
Intisari-Online.com -Kemampuan berenang atau setidaknya mengambang di air menjadi penting jika merujuk pada jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182, Sabtu (9/1/2021).
Pesawat yang lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pontianak tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Hanya sekitar 4 menit setelah berhasil lepas landas, pesawat tersebut tiba-tiba berbelok lalu jatuh dari ketinggian 10 ribu kaki.
Terdapat 50 penumpang (40 dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi) serta 12 kru dalam pesawat yang berjenis Boeing 737-524 tersebut.
Hinggaberita ini diturunkan,belum dikabarkan tentang adanya korban yang selamat dalam peristiwa nahas tersebut.
Namun, beberapa puing pesawat, barang bawaan, serta potongan tubuh manusia sudah mulai ditemukan.
Melihat kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di atas perairan, maka perlu kembali untuk diingatkan pentingnya kemampuan berenang atau setidaknya mengambang di atas air.
Meski peluangnya kecil, kemampuan sederhana ini bisa jadi penyelamat dalam kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di air.
Peristiwa tersebut juga membuat kita sadar tentang pentingnya mempelajari teknik bertahan hidup di air.
Salah satunya melalui Uitemate, teknik mengapung sederhana untuk bertahan sambil menunggu bala bantuan datang telah menyelamatkan banyak nyawa.
"Uitemate" berarti “mengambang dan menunggu” adalah teknik yang dicetuskan Profesor Hidetoshi Saito dari Universitas Teknologi Nagaoka, Jepang.
Pada 11 Maret 2011, murid-murid sekolah dasar di Higashi-Matsushima, Perfektur Miyagi, harus dievakuasi ke dalam gimnasium beberapa saat setelah gempa berlangsung.
Beberapa guru dan murid terperangkap di dalam gimnasium dengan air yang mulai meninggi karena tsunami, namun mereka selamat karena pernah mempelajari teknik uitemate.
Teknik ini Professor Saito promosikan semenjak 2000 dan telah diajarkan di sekolah dasar seluruh Jepang.
Teknik ini mulai populer di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Dalam banyak kasus, seseorang yang terjebak di air mencoba memosisikan kepalanya berada di atas permukaan.
Sementara seluruh tubuhnya akan tenggelam dengan harapan dapat melambaikan tangan dan meminta bantuan.
Sehebat-hebatnya seseorang berenang, mengambang di perairan dalam secara vertikal dengan kaki yang terus dikepakkan selama belasan jam, lama kelamaan pasti akan kelelahan kemudian tenggelam jika tidak segera mendapat pertolongan.
Uitemate memungkinkan kita untuk tetap bernapas dan sangat menghemat energi kita.
“Jangan paksa dirimu untuk berenang, cukup mengambang seperti daun di air” ungkap Yuji Tamura, associate professor di Tokyo University. “Ini metode yang sangat sederhana,” tambah dia.
Berikut adalah penjabaran tekniknya secara sederhana.
1. Tetap tenang dan jangan panik. Semakin panik, makin cepat tenggelam.
2. Rentangkan tangan dan kaki, usahakan setenang mungkin untuk tidur terlentang di air sambil merentangkan tangan dan kaki.
3. Wajah dan pandangan mata menatap ke atas kemudian bernapas seperti biasa.
4. Jika memakai sepatu, biarkan sepatu Anda terpasang, berat sepatu tersebut akan bisa membantu mengapung.
5. Botol kosong, jika ada botol kosong di dekat Anda gunakan botol kosong tersebut untuk didekap pada atas dada Anda, hal ini akan semakin membantu proses mengapung.
Di Indonesia, terutama Jakarta, banyak sekali pelatihan uitemate. Berikut adalah salah satu video pelatihan uitemate di Jakarta.
(Aulia Dian Permata)