Intisari-Online.com -3 Januari mendatang akan menandai peringatan satu tahun pembunuhan komandan Pasukan Quds Qasem Soleimani di Baghdad dalam serangan pesawat tak berawak AS.
Serangan itu diperintahkan oleh Donald Trump.
Setelahserangan, Iran menanggapi pembunuhan itu dengan meluncurkan rudal balistik di dua pangkalan AS di Irak, dan mengancam serangan lebih lanjut.
Selain peringatan kematian Soleimani yang akan datang, ketegangan di kawasan itu telah meningkat setelah pembunuhan 27 November terhadap Mohsen Fakhrizadeh, seorang ahli fisika nuklir dan rudal senior Iran, di luar Teheran.
Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan itu dan mengancam akan menanggapi.
Pejabat Israel tidak secara terbuka mengomentari acara tersebut, meskipun seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada New York Times bahwa Tel Aviv harus "berterima kasih" oleh dunia karena telah membunuh ilmuwan tersebut.
Hingga kini, Iran terus mengatakan akan balas dendam yang keras akan pembunuhan Soleimani oleh AS tersebut.
Untuk itu, Pentagon disiagakan awal bulan ini, mengutip "risiko tinggi" dari Iran.
Lalu, balas dendam seperti apa yang menurut Iransesuai untuk AS?
Melansir Sputniknews,Selasa (29/12/2020), Duta besar Iran untuk Irak, Iraj Masjedi, mengatakan Republik Islam Iran mungkin tidak perlu melakukan tindakan militer langsung sebagai sarana untuk membalas komandannya yang terbunuh.
“Balas dendam atas pembunuhan Jenderal Soleimanitidak perlu dengan tindakan militer, melainkan pengusiran pasukan Amerika dari wilayah tersebut bisa menjadi balas dendam atas darah Jenderal Soleimani,” kata Masjedi.
Komentarnya tersebut dikatakan kepada media lokal yang dikutip oleh Tehran Times.
Duta Besar juga memperingatkan Iran berhak untuk membalas dendam terhadap Washington atas "kejahatan bersejarah" pembunuhan Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis.
Baca Juga: Ini Warna yang Bisa Berikan Arti Tenang dan Dewasa, Ingin Tahu?
Abu Mahdi al-Muhandis adalah seorang komandan milisi Syiah sekutu Baghdad yang meninggal bersama komandan Quds pada serangan 3 Januari di ibukota Irak.
Masjedi juga menegaskan bahwa bertentangan dengan klaim pemerintahan Trump, Iran dan sekutunya tidak berada dibalik serangan roket baru-baru ini di kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad.
“Iran tidak pernah terlibat dalam menargetkan Kedutaan Besar AS. Kami tidak akan pernah menerima tindakan seperti itu. Kami tidak mendukung pihak mana pun dalam menargetkan Kedutaan Besar AS. Kami tidak ingin Irak menjadi medan pertempuran untuk memerangi Amerika Serikat,” katanya.
Minggu lalu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menuduh "milisi yang didukung Iran" bertanggung jawab atas serangan di Zona Hijau Baghdad.
Pompeo mencirikan pelakunya sebagai "penjahat yang kejam dan korup" dan menuntut agar mereka "menghentikan tindakan destabilisasi mereka."
Pejabat Iran menolak klaim AS, menunjukkan bahwa Iran tidak mentolerir penargetan fasilitas diplomatik dan menyebuttiming klaim AS "mencurigakan."
Kata'ib Hezbollah, milisi Syiah yang berafiliasi dengan Iran, pemerintah Irak, yang disalahkan AS atas serangan Desember lalu.
Baca Juga: Tanpa Disadari, Star Syndrome Ternyata Bisa Menjatuhkan Mentalitas Juga Karier Pemain Sepakbola