Intisari-Online.com -Iran telah banyak menderita selama masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Trump banyak menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang membuat sektor-sektor penting Iran, seperti ekonomi menjadi lumpuh.
Ketegangan antara Washington dan Teheran telah meningkat sejak Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015 yang disepakati pada pemerintahan Presiden Barack Obama.
Selain itu, Trump juga memulihkan sanksi keras untuk menekan Teheran agar merundingkan pembatasan yang lebih dalam pada program nuklirnya, pengembangan rudal balistik dan dukungan untuk pasukan proksi regional.
Pada hari Rabu, 16 Desember 2020, Amerika Serikat kembali memberlakukan sanksi terhadap perusahaan yang berbasis di China dan Uni Emirat Arab.
AS menuduh perusahaan-perusahaan tersebut mendukung penjualan petrokimia Iran.
AS benar-benar meningkatkan tekanan pada Teheran pada hari-hari akhir masa jabatan Presiden Donald Trump.
Untuk itu, ketika Joe Biden terpilih menjadi presiden AS, para pejabat Iran merayakannya.
Iran berharap tekanan Amerika terhadap Iran akan berakhir seiring berakhirnya jabatan Trump.
Meski demikian, sakit hati Iran terhadap Trump tak akan pernah padam.
Melansir Newsweek, Rabu (23/12/2020), Presiden Iran Hassan Rouhani telah mengeluarkan kecaman terhadap Presiden Donald Trump.
Rouhani mencap Trump sebagai "gila" dan mengatakan nasibnya akan serupa dengan mantan diktator Irak Saddam Hussein, yang dieksekusi pada 2006 setelah invasi AS.
"Nasib Presiden AS Donald Trump tidak akan lebih baik dari Saddam Hussein," kata Rouhani menurut Fars News Agency yang dikelola pemerintah.
"Kami memiliki dua makhluk gila dalam sejarah yang memaksakan perang terhadap rakyat. Salah satunya adalah Saddam dan yang lainnya adalah Trump," lanjutnya.
"Saddam memberlakukan perang militer dan Trump memberlakukan perang ekonomi pada kami."
"Kami bersatu selama perang dan mengalahkan Saddam," lanjut presiden. "Kami juga menyaksikan hari ketika orang gila itu dieksekusi."
Beralih ke Trump, Rouhani berkata: "Kami tidak membiarkan perang ekonomi ini mencapai tujuannya."
Saddam Hussein ditangkap oleh pasukan Amerika pada tahun 2003, beberapa bulan setelah pasukan AS dan sekutunya menyerbu Irak dan menggulingkan pemerintahannya.
Dia diadili oleh Pemerintah Sementara Irak dan, pada November 2006, dihukum karena kejahatan terhadap kemanusiaan yang berkaitan dengan pembantaian Syiah Irak tahun 1982.
Saddam Hussein dieksekusi dengan digantung pada 30 Desember 2006, saat negara itu tenggelam dalam perang saudara berdarah di bawah pendudukan Amerika yang menghancurkan.
Para pemimpin Iran berharap Presiden terpilih Joe Biden akan menawarkan keringanan sanksi sebagai bagian dari dorongannya untuk menghidupkan kembali JCPOA dan kembali terlibat dengan Teheran.
Bantuan semacam itu sangat dibutuhkan, dengan ekonomi lemah Iran yang berjuang untuk membawa negara itu melalui pandemi virus corona dan krisis keuangan.