Advertorial
Intisari-online.com -Jam terbang mata-mata Kopassus satu ini sudah tinggi.
Mungkin itu sebabnya cara kerjanya membuat banyak anak buahnya kelabakan.
Bahkan disebut-sebut jika satu hari ada 25 jam, 1 jam tambahan itu akan ia gunakan untuk bekerja.
Siapakah sosok itu?
Ia merupakan prajurit Kopassus yang hidup empat zaman!
Disebut-sebut sebagai pentolan mata-mata, dan konon katanya sudah aktif sejak zaman penjajahan Belanda, zaman Jepang, Soekarno dan Soeharto.
Namanya cukup pendek, Moerdani, tapi orang mengenalnya dengan nama populer Benny Moerdani atau LB Moerdani.
Asam garam pertempuran dan misi rahasia telah dirasakan anggota pasukan elite TNI AD ini.
Sebelum menyandang predikat sebagai raja intel Indonesia lalu menjadi Panglima ABRI, Benny Moerdani merupakan sosok prajurit yang terampil dalam peperangan.
Benny Moerdani ikut berperang melawan penjajah, menjadi prajurit sejak Kopassus masih bernama RPKAD dan bergelut misi-misi, hingga akhirnya menjadi Panglima ABRI dan menteri.
Prajurit Komando Pasukan Khusus ini juga merupakan ahli dunia intelijen Indonesia.
Di beberapa misi Kopassus berisiko tinggi, dia merupakan sang sutradara.
Bikin Geleng-geleng Orang yang Lihat
Banyak orang mengenal Benny sebagai pribadi yang tak kenal takut dan kerap bikin 'geleng-geleng' orang yang melihat sikap kerasnya.
Benny Moerdani menjadi satu di antara tokoh yang menonjol saat dilangsungkannya Operasi Trikora di Irian Barat.
Sosok Benny Moerdani juga dikenal sebagai prajurit yang tak kenal takut menjalankan misi-misi berbahaya.
Baca Juga: Operasi Pembebasan Irian Barat: Antara Moncernya Karier Soeharto dan Kisah di Balik Nama Tommy
Ketika Operasi Trikora digelar tahun 1960-an, saat itu Benny Moerdani masih berpangkat Kapten.
Ia merupakan satu-satunya perwira yang berani memimpin pasukan Resimen Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau kini bernama Kopassus yang diterjunkan di Irian Barat.
Operasi itu adalah bagian dari pelaksanaan operasi penyusupan (Operasi Trikora).
Meski keberaniannya terkesan nekat setiap pasukan yang diterjunkan ke Irian Barat cenderung gugur karena umumnya mendarat di hutan lebat yang masih liar.
Benny bukannya tanpa bekal dan kemampuan.
Sebelumnya Benny pernah mendapatkan pendidikan sebagai pasukan komando (Infantry Officers Advancd Course) di Fort Benning, Georgia, AS.
Tidak hanya belajar sebagai pasukan komando AD yang mumpuni, selama di AS, Benny juga mempelajari ilmu telik sandi (intelijen).
Kemampuan bertempur sebagai marinir, dan memperdalam pengetahuan tentang teknik menjinakkan bahan peledak di bawah air.
Semua kemampuan bertempur yang sebenarnya perlu dikuasai oleh personel TNI AL itu diperoleh Benny ketika belajar di US Navy Little Creek Base, Virginia selama 10 pekan.
Tidak hanya memperdalam kemampuan sebagai pasukan AD dan AL, Benny juga menyempatkan diri berlatih sebagai pasukan para (penerjun payung) di satuan yang sangat terkenal dalam Perang Dunia II: 101 Airborne Division.
Dengan bekal kemampuan militer yang cukup memadai itu maka Benny, yang kemudian pangkatnya dinaikkan menjadi mayor ketika memimpin satu kompi pasukan RPKAD di Irian Barat untuk bertempur melawan pasukan Belanda terbilang berhasil.
Benny dan pasukannya bahkan mendapat penghargaan tertinggi dari negara: Bintang Sakti.
Ditarik Ali Moertopo
Pasca melaksanakan misi tempur di Irian Barat, Benny sempat bertugas di Kostrad dan kemudian ditarik oleh tokoh intelijen RI, Ali Moertopo.
Tokoh ini yang selanjutnya turut berperanan besar dalam membesarkan nama Benny di dunia intelijen.
Puncak karier Benny dalam dunia intelijen adalah ketika menjadi ketua Badan Intelijen Strategis (Bais) yang sangat berpengaruh untuk menciptakan stabilitas keamanan di Indonesia.
Tapi ketika menjadi bos BAIS, Benny yang gila kerja kerap membikin anak buahnya stres karena mereka harus mampu bekerja di luar batas kemampuan.
Misalnya pukul 23.00 WIB Benny justru baru memulai rapat yang biasanya berlangsung sampai dini hari.
Karena kebiasaan Benny yang suka membuat anak buahnya kelabakan itu, seorang perwira intelijen pernah bertanya kenapa rapatnya tidak besoknya saja.
Dengan wajah dingin dan roman mukanya yang angker, Benny hanya menjawab,
"Kalau ada jam 25 pun akan saya pakai," demikian tutur Benny seperti dikutip dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap.
Karena keahliannya di bidang intelijen, Benny Moerdani kerap dijuluki raja intel Indonesia.
Siapa Sebenarnya Benny Moerdani?
Dia lahir di Cepu, Blora, Jawa Tengah, 2 Oktober 1932 dan meninggal di Jakarta, 29 Agustus 2004.
Karier Benny Moerdani:
- RPKAD, Kopassus
- Berbagai operasi militer: pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 pada 1981
- Asisten Intelijen Menteri Pertahanan dan Keamanan
- Asisten Intelijen Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib)
- Kepala Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat)
- Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin)
- Pangkopkamtib.
- Panglima ABRI
Karier Pemerintahan Benny Moerdani
- Kepala Konsulat Indonesia di Malaysia Barat.
- Menteri Pertahanan dan Keamanan
- Konsul Jenderal Indonesia di Korea Selatan (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul "Raja Intel Indonesia Bikin Anak Buah Kelabakan, Perwira Intelijen Kaget Dapat Jawaban"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini