Penulis
Intisari-Online.Com -Enam belas tahun silam pernah ada peristiwa yang membuat suasana Indonesia tak enak.
70 figur politik Papua dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora di Irian Barat pada 1 Desember 1961.
Tindakan main api ini diperparah dengan disandingkannya bendera Bintang Kejora dengan bendera Merah-Putih-Biru milik Belanda.
Hari itu para elit Papua pengikut Belanda juga menyepakati untuk memberi nama Papua Barat dan meresmikan lagu kebangsaan 'Hai Tanahku Papua' dengan lambang negara 'Burung Mambruk' serta semboyan 'Satu Rakyat, Satu Jiwa.'
Aksi 'teatrikal' ini mendapat respon keras dari pemerintah Indonesia.
Indonesia memandang Belanda mencoba membuat negara boneka Papua dengan aksi teatrikal itu.
Mengutip Asvi Warman Adam : Determinasi Soekarno Memilih Hari Proklamasi yang diterbitkan oleh Majalah Intisari No.635 Agustus 2015, 18 hari kemudian untuk merespon aksi teatrikal itu, Soekarno langsung mengumandangkan Tri Komando Rakyat (Trikora) di Yogyakarta.
Sengaja Soekarno mengumandangkan Trikora pada 19 Desember 1961 untuk mengingat Agresi Militer Belanda pada 19 Desember 1948 di Yogyakarta.
Kini Indonesia menuntut balas atas Agresi Militer itu dengan merebut Irian Barat yang sudah menjadi hak bangsa ini.
Menindaklanjuti seruan ini, maka Angkatan Perang Indonesia membentuk Komando Mandala yang dikomandani oleh Soeharto.
Baca Juga:Dapat Daging Berlebih? Begini Tips Memasaknya yang Mudah dan Sehat
Segera berbondong-bondong kekuatan tempur dikonsolidasi lalu dilakukan berbagai operasi militer ke Irian Barat.
Beralihnya diplomasi basa-basi Indonesia di meja perundingan menjadi 'gebuk dulu urusan belakangan' tak lain dan tak bukan karena sikap Belanda dan Amerika yang sebelumnya keras kepala kukuh agar Irian Barat jadi negara sendiri.
Awalnya Indonesia ingin masalah Irian Barat diselesaikan di meja perundingan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Namun apa lacur pada Sidang PBB tahun 1960, masalah Irian Barat tak menjadi tema utama sidang.
Soekarno geram bukan main, ia lantas menumpahkan kekesalannya dan berkata dengan nada mengancam ke Menteri Luar Negeri (Menlu) AS saat itu Christian Herter seusai sidang.
"Kami meminta Sekjen PBB memasukkan masalah ini dalam agenda PBB tahun 1954. Kami ulangi lagi tahun 1955, 1956, 1957... setiap tahun."
"Harap dijelaskan kepada pemerintah Anda, kami tidak berniat menaklukan satu bagian dunia yang bukan milik kami."
"Kami bukan ekspansionis. Tetapi kini kami terpaksa melakukan politik memakai senjata," semprot Soekarno kepada Herter.
Ketar-ketir juga Herter mendengar kekesalan Soekarno.
Ia langsung menyampaikan ini kepada Presiden Amerika dan ajaibnya Paman Sam mulai lunak agar Irian Barat diserahkan kepada Indonesia.
Akan tetapi Belanda masih ngotot bercokol di Irian.
Hal ini membuat Indonesia tancap gas mempersiapkan segala sesuatunya untuk merebut Irian Barat secepat mungkin.
Menlu Indonesia Soebandrio langsung berpidato di PBB menyoal Irian Barat, Soekarno terbang ke Amerika Serikat untuk berunding dengan JF Kennedy dan A.H.Nasution ditugaskan ke Soviet untuk memborong semua senjata yang dijual oleh Beruang Merah.
Diplomasi bersenjata Indonesia membuahkan hasil dimana pada tanggal 1 Mei 1963 Irian Barat kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.(Seto Ajinugroho)
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judulLontarkan Ancaman yang Buat Menlu Amerika Ketar-Ketir, Soekarno : Kami Terpaksa Melakukan Politik Memakai Senjata