Advertorial
Intisari-Online.com - Pemilihan Presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS mulai digelar Selasa (3/11/2020) waktu setempat.
Situasi berbahaya bakal terjadi di negeri Paman Sam tersebut jika calon Presiden petahana Donald Trump mendeklarasikan diri sebagai pemenang, sebelum semua semua suara dihitung.
Skenario bencana terburuk pemilu AS dapat terjadi, seperti dilaporkan Guardian (31/10/2020), dengan kasus kehilangan suara, pemberontakan bersenjata, dan potensi krisis lainnya di ribuan yurisdiksi lokal pada 3 November.
Namun, dapat lebih buruk lagi dengan Trump memimpin jumlah suara pemilihan dan mendeklarasikan kemenangannya sebelum semua suara dihitung, pada malam hari pencoblosan.
Para analis menganggap hal itu adalah bahaya yang paling masuk akal terjadi dan tanda-tanda ocehan Trump itu kataya sudah dimulai.
Namun, menurut mereka disinformasi itu dapat dihindari dengan meningkatkan kesadaran publik tentang kebenaran penghitungan suara pemilu.
Skenario terburuk itu disebut juga sebagai 'fatamorgana merah.
"Fatamorgana merah dikenal seperti penjahat super dan itu sama bahayanya," kata Mantan Menteri Perumahan dan Pengembangan Kota Amerika Serikat era pemerintahan Barack Obama, Julian Castro, dalam sebuah video yang direkam sebagai pengumuman layanan publik kepada para pemilih pekan ini.
Baca Juga: Sempat Olok-olok Joe Biden Dua Pekan Lalu Bersama Trump, PM Israel Netanyahu Kini Mulai Khawatir
“Pada malam pemilihan, ada kemungkinan nyata bahwa data akan menunjukkan Partai Republik memimpin lebih awal, sebelum semua suara dihitung. Kemudian mereka dapat berpura-pura sedang terjadi sesuatu yang jahat saat jumlah (suara) berubah mendukung Demokrat," ujar Castro.
Dalam skenario tersebut, deklarasi kemenangan Trump digaungkan di jaringan TV konservatif, Fox News, dan oleh Partai Republik yang kuat di seluruh AS.
Beberapa hari kemudian, pada saat hasil akhir menunjukkan bahwa sebenarnya Joe Biden yang telah memenangkan kursi kepresidenan, hasil pemilu yang sebenarnya telah terseret ke dalam pusaran disinformasi dan kekacauan.
Bagi beberapa pejabat, skenario itu terlalu realistis untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Philadelphia dan Pennsylvania
Kemungkinan penundaan beberapa hari dalam penghitungan suara diantisipasi di Philadelphia, yang sebagian besar merupakan suara Demokrat yang penting bagi Biden untuk menang di Pennsylvania.
Saat ini negara bagian yang menurut para quants paling mungkin memberi tip pada pemilihan dengan satu atau lain cara.
Setelah menghitung hanya 6.000 surat suara yang tidak hadir dalam pemilu 2016, kota Philadelphia, di mana jumlah Demokrat melebihi jumlah Partai Republik 7:1, berharap untuk menerima dan menghitung sebanyak 400.000 surat suara tahun ini, di tengah pandemi Covid-19 berkecamuk.
Semua surat suara itu akan dihitung di dalam pusat konvensi besar kota di Arch Street, mulai pukul 7 pagi waktu setempat pada hari pemilihan, oleh pasukan petugas pemungutan suara.
Penundaan yang diketahui para pejabat akan diperlukan untuk menyelesaikan penghitungan bisa menjadi waktu yang cukup bagi Trump untuk menabur keraguan tentang hasilnya, sebuah upaya yang telah dimulai oleh capres petahana.
"Hal-hal buruk terjadi di Philadelphia," kata Trump pada debat presiden pertama pada September.
Ia pada saat itu memperingatkan tentang "puluhan ribu surat suara dimanipulasi" dan "mendesak rakyatnya" untuk ke tempat pemungutan suara dengan hati-hati, meskipun tidak ada bukti kecurangan yang meluas di pemilu AS.
Pejabat dan aktivis Pennsylvania mengatakan bahwa penawar dari "fatamorgana merah" sesederhana skenario itu sendiri.
Masyarakat harus memahami, kata para pejabat ini, bahwa Philadelphia tidak akan dapat melaporkan hasil pemilihannya pada malam 3 November, dan mungkin tidak dapat melakukannya selama beberapa hari setelahnya, karena keadaan luar biasa yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Pada gilirannya, lonjakan suara Demokrat dari Philadelphia, ketika semua sudah dihitung, mungkin akan menciptakan perubahan besar persepsi di negara bagian itu ke Biden.
Akhirnya, perubahan itu bisa jadi cukup besar untuk menghapus keunggulan suara kepada Biden yang mungkin dibangun Trump di pedesaan Pennsylvania, untuk mengubah suara berpihak kepadanya.
Tidak ada hasil pada malam pemilihan
"Semua suara tidak akan dihitung hingga tengah malam pada 3 November," kata Tom Ridge, Mantan Gubernur Republik Pennsylvania dan Mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat di bawah George W Bush, yang mengecam 'perilaku dan retorika yang benar-benar tercela' Trump tentang pemilu.
Dalam wawancara telepon, Ia juga mengatakan, “Karena Covid-19, akan ada jutaan sueat suara yang membutuhkan beberapa hari untuk dihitung.”
“Salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan mengingatkan orang Amerika tentang kenyataan itu, dan menyerukan perdamaian dan kesabaran sehingga setiap suara dapat dihitung,” ungkapnya.
Hal yang kuat tentang skenario fatamorgana merah, bagi beberapa analis, adalah bahwa beberapa aspeknya lebih terlihat seperti kepastian daripada skenario.
“Orang-orang harus tahu bahwa tidak akan ada hasil pada malam pemilihan,” kata Lisa Deeley, ketua panel tiga anggota komisaris kota Philadelphia yang menangani pemilihan.
“Jadi orang akan pergi tidur dan hitungannya tidak akan selesai. Tapi kami akan bekerja terus-menerus, sepanjang malam, untuk memastikan kami menghitungnya dengan cepat dan akurat, kami tidak akan mengorbankan akurasi demi kecepatan,” lanjutnya.
Alasan 'tidak terjadi'
Meskipun masuk akal, ada juga banyak alasan mengapa skenario "fatamorgana merah" mungkin tidak terjadi.
Salah satu alasannya, Biden bisa menyelesaikan perlombaan dengan kemenangan lebih awal pada malam pemilihan di negara bagian, seperti Florida.
Atau, Biden bisa memenangkan negara bagian Pennsylvania, di mana dia memimpin dengan 6 poin dalam rata-rata jajak pendapat, tanpa memerlukan sekitar 200.000 suara terakhir dari Philadelphia.
(*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Jika Donald Trump Deklarasikan Kemenangan Lebih Awal, Amerika Serikat Bakal Masuk Situasi Berbahaya