Advertorial

Padahal di Amerika Kekalahan Amerika Sampai Dirayakan dengan Pesta Oleh Rakyatnya, Ternyata Negara-Negara Ini Justru Tidak Senang dengan Kekalahan Donald Trump, Karena Alasan Ini

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Banyak kantor berita mengumumkan bahwa Joe Biden adalah Presiden terpilih pada 7/11, dan banyak negara mengirimkan ucapan selamat kepada Biden.
Banyak kantor berita mengumumkan bahwa Joe Biden adalah Presiden terpilih pada 7/11, dan banyak negara mengirimkan ucapan selamat kepada Biden.

Intisari-online.com - Pemilihan Presiden Amerika telah berakhir, dengan nama Joe Biden sebagai pemenangnya meski belum diumumkan secara resmi.

Namun banyak kantor berita mengumumkan bahwa Joe Biden adalah Presiden terpilih pada 7/11, dan banyak negara mengirimkan ucapan selamat kepada Biden.

Bahkan di Amerika, kekalahan Donald Trump dalam pemilu, dirayakan dengan suka cita oleh warga Amerika.

Meski demikian, bukan berarti Donald Trump tidak memiliki pendukung sebagai pemimpin Amerika.

Baca Juga: Hampir Gagal Menangkan Pendukung AS Meskipun Sudah Menjual Cerita Tentang Penderitaan Imigran, Siapa Sangka Sosok Kamala Harris Jadi Menang Karena Olok-olok Donald Trump Ini

Nyatanya kemenagan Joe Biden justru membuat beberapa negara merasa tak senang.

Terutama mereka yang menjadi sekutu lama Donald Trump, hingga kini masih bungkam dan belum mengucapkan sepatah kata pun dalam kemenangan Joe Biden.

Menurut NBC News Minggu (8/11/20), salah satunya adalah Presiden Brazil Jair Bolsonaro, yang bungkam ketika Biden memenangkan pemilu AS 2020.

Sebelum pemilihan, populis sayap kanan Bolsonaro mendukung Trump.

Baca Juga: Pantas Saja Kekalahan Trump Bikin Palestina 'Jingkrak-jingkrak,' Ternyata Berikut Sederet Kebijakannya yang Dinilai Pro-Israel si Musuh Bebuyutan

Ia menggunakan kata-kata "bencana" ketika menyebut komentar Biden yang mengomentari Brazil menderita akibat yang mengerikan, jika hutan hujan Amazon terus dihancurkan.

Serupa halnya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang masih bungkam.

Sebelum pemilu AS tahun ini, Putin mengatakan Moskow akan bekerja dengan siapa saja yang memenangkan pemilu, tetapi untuk saat ini Rusia belum secara resmi mengomentari kemenangan Biden.

Selama masa jabatannya, Trump dituduh bersikap "lunak" dengan Putin, yang oleh presiden AS saat ini disebut sebagai "pemimpin yang kuat", meskipun ada laporan intelijen bahwa Rusia ikut campur dalam pemilu AS 2016.

Biden dipandang lebih keras dalam pendiriannya terhadap Rusia, menyebut Moskow sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional AS pada Oktober.

Sebuah pernyataan yang menurut Kremlin telah memicu kebenciannya terhadap Rusia.

Leonid Slutsky, kepala Komite Urusan Internasional Parlemen Rusia, mengatakan kepada kantor berita Tass pada 8 November bahwa Biden "mungkin tidak membuat penyesuaian positif pada kebijakannya.

Amerika versus Rusia karena Biden secara pribadi terlibat dalam sanksi anti-Rusia ketika dia menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat.

Baca Juga: Bencinya Setengah Mati dengan China, Waktu Kalah Jadi Presiden Pun Donald Trump Masih Lampiaskan Amarahnya ke China dengan Cara Ini

Selain para pemimpin Rusia dan Brasil, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, sekutu dekat Trump, belum memberikan komentar atau ucapan selamat kepada Biden.

Menurut NBC News, Turki dipandang kalah lebih dari negara lain ketika Biden terpilih sebagai Presiden AS karena pria berusia 78 tahun itu diharapkan mengambil sikap yang lebih keras dalam intervensi militer.

Rintangan besar lainnya antara kedua belah pihak adalah penolakan Washington untuk mengekstradisi ulama Muslim Fethullah Gulen, yang tinggal di Amerika Serikat, dituduh melancarkan kudeta yang gagal pada tahun 2016.

Namun, Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan pada 8 November bahwa kemenangan Biden tidak akan mengubah hubungan AS dengan bekas sekutunya.

Sebelum pemilu AS, China menyatakan tidak terlibat dalam urusan negara lain. Presiden China Xi Jinping sejauh ini belum membuat pernyataan publik tentang kemenangan Biden atas Trump.

Hubungan AS-China telah memburuk secara signifikan di bawah Trump di bidang perdagangan, teknologi, dan epidemi Covid-19.

Biden diharapkan juga memiliki sikap yang keras terhadap Beijing.

Baca Juga: Selalu Bersaing Ketat Dengan Amerika, Begini Kemampuan Militer Rusia, Dari Senjata-senjata Usang Bisa Gempur NATO dan AS Lewat Teknologi Ini

Beberapa penduduk di Beijing, China, mengatakan mereka lega karena Biden menang.

"Saya merasa sangat senang mendengar Tuan Biden menang karena Tuan Trump telah membuat hubungan AS-China sangat tegang. Kami berharap hubungan AS-China akan membaik di bawah Tuan Biden," kata Zhou Tianfu, Pekerja cuci mobil berusia 55 tahun di Beijing, berbagi.

Menurut Sky News, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un belum membuat pernyataan atau komentar apa pun terkait pemilihan AS 2020.

Trump dan Kim telah bertemu 3 kali dan dikatakan telah bertukar hampir 30 surat dalam empat tahun terakhir.

Terlepas dari KTT AS-Korea Utara, Pyongyang tampaknya hanya melakukan sedikit langkah untuk mempersingkat program senjata nuklirnya.

Washington juga tidak mencabut sanksi ekonomi terhadap Pyongyang.

Selain para pemimpin negara-negara tersebut di atas, masih ada beberapa negara lain yang bungkam tentang kemenangan Tuan Biden seperti Slovenia, Meksiko .

Artikel Terkait