Hampir Gagal Menangkan Pendukung AS Meskipun Sudah Menjual Cerita Tentang Penderitaan Imigran, Siapa Sangka Sosok Kamala Harris Jadi Menang Karena Olok-olok Donald Trump Ini

May N

Penulis

Intisari-online.com -Layaknya negara yang menjunjung imperialisme Barat, Amerika Serikat adalah salah satu negara yang kejam terhadap para imigran.

Meskipun mereka membuka pintu bagi para imigran dari luar negeri, tapi kehidupan para imigran di dalam negara tersebut tergolong sulit.

Hal tersebut adalah yang sama dialami oleh Kamala Harris, wakil presiden terpilih AS yang akan resmi menjabat mulai Januari 2021 nanti.

Melansir New York Times, sejak awal ia mulai menapaki hidupnya, Harris sudah diajari jika akan banyak yang bersikap rasis kepadanya.

Baca Juga: Perhitungan Suara Masih Dilakukan, Biden Unggul Tipis Raih 264 Electoral Vote, 6 Suara Lagi dan Jadi Presiden AS Selanjutnya

Namun ia tidak merasa rendah diri atas dirinya, dan justru menjadi sosok yang lebih kuat atas apa yang terjadi pada dirinya.

Penindasan terhadap para imigran justru menjadi salah satu keutamaan yang ia ingin berantas.

Dalam kampanye-kampanyenya, ia sering berbicara mengenai para imigran sebelum dirinya, orang tuanya, para imigran yang memperjuangkan hak sipil di AS serta para pendahulu yang memperjuangkan hak hidup di negara tersebut.

Ia pernah berkata kepada para hadirin warga kulit Hitam di Fort Worth, Texas, "terkadang kita merasa menjadi satu-satunya yang seperti ini masuk ke dalam sebuah ruangan.

Baca Juga: Setelah Barack Obama, Kamala Harris Jadi Wanita Berkulit Hitam Pertama yang Jadi Calon Wakil Presiden AS, Cetak Sejarah!

"Tapi yang perlu kita tahu adalah kita tidak pernah masuk ke ruangan itu sendirian. Kita semua bersama."

Sekali lagi, Harris berhasil menyabet dua hal dalam satu waktu.

Ia menjadi wakil presiden wanita pertama AS dan wanita berwarna pertama yang akan bekerja di kepresidenan.

Hal tersebut merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa, baik bagi dirinya, bagi para imigran dan juga untuk Amerika sendiri.

Baca Juga: Sekulerisme Di Atas Segalanya Bahkan Ungguli Agama Itu Sendiri, Terkuak Mengapa Majalah Seperti Charlie Hebdo Tetap Makmur di Negeri Anggur, UU Ini Jadi Buah Simalakama untuk Banyak Pihak

Bahkan jika ia berhasil berada di posisi wakil presiden dan dipilih karena sosok pria kulit putih, Harris berhasil mengukir kemungkinan baru yang akan tumbuh di Amerika.

Dalam pidato kemenangannya Sabtu lalu, Harris berbicara mengenai ibunya dan generasi wanita semua ras yang telah mengukir jalan sampai momen itu.

"Walaupun aku mungkin menjadi wanita pertama di kantor ini, aku tidak akan menjadi yang terakhir," ujarnya kepada para hadirin di Wilmington, Delaware.

"Karena semua anak kecil yang melihat pidatoku malam ini melihat jika negara ini adalah negara dengan segala kemungkinan."

Baca Juga: Dikenal Suka Main Serobot Milik Indonesia, Malaysia Diam-diam Keciduk Caplok 44 Lahan Warga Indonesia di Perbatasan, 'Mau ke Kantor Camat, Kita Jadi Imigran Gelap'

Rupanya, Kamala Harris tidak hanya memenangkan pendukung karena popularitas saja.

Ia memiliki banyak kiprah yang mumpuni, terbilang sangat banyak jika dibandingkan wanita lainnya di umuar yang sama dengannya, 56 tahun.

Harris adalah seorang mantan pengacara distrik San Fransisco.

Selanjutnya ia terpilih sebagai wanita kulit hitam pertama bertugas di kantor pengacara California.

Baca Juga: Masih Ngeyel! Padahal Donald Trump Kalah Pemilu, Menantunya Sampai Mendekati untuk Bujuk Agar Mengakui Kemenangan Joe Biden

Ia lalu terpilih sebagai senator AS pada 2016 lalu, menjadi wanita kulit hitam kedua di ruangan Senat sepanjang sejarah

Ia kemudian meraih nama yang hebat di Washington, dengan caranya menuntut dalam dengar pendapat Senat.

Ia memanggang lawan-lawannya di saat-saat berisiko tinggi, terkadang menjadi viral.

Namun memang akar asal usulnya adalah hal yang ajaib lagi: anak dari ayah warga Jamaika dan ibu India.

Baca Juga: Ada yang Janggal Terkait Pemilu AS, Jokowi dan Sejumlah Pemimpin Dunia Sudah Ucapkan Selamat ke Joe Biden, Kecuali China dan Korut, Ada Apakah?

Ia mendalami masalah keadilan rasila di tahun-tahun awalnya di Oakland dan Berkeley, California, dan menulis dalam memoarnya tentang kenangan tentang nyanyian, teriakan dan "lautan kaki yang bergerak" pada sebuah protes.

Ia ingat mendengar Shirley Chrisholm, wanita kulit hitam pertama yang melakukan kampanye nasional untuk presiden, berbicara pada tahun 1971 di sebuah pusat kebudayaan kulit hitam di Berkeley yang sering dia kunjungi saat masih muda.

Ia belajar di perguruan tinggi Howard University, perguruan tinggi kulit hitam bersejarah yang paling bergengsi di AS, lalu bertekad menjadi jaksa penuntut kasus kekerasan dalam rumah tangga dan eksploitasi anak.

Ibunya adalah seorang peneliti kanker payudara yang meninggal tahun 2009 lalu, sedang suaminya adalah sosok Yahudi kulit putih Douglas Emhoff, serta anak tirinya yang memanggilnya Momala.

Baca Juga: Terombang-ambing di Laut Mediterania, Kapal Penyelamat Berisi Jasad-jasad Imigran Ini Sampai Harus Memohon-mohon Agar Bisa Masuk Ke Eropa di Tengah Pandemi Covid-19

Douglas Emhoff membuat sejarah sendiri sebagai bapak negara kedua pertama AS, istilah bagi pendamping pemimpin negeri yang biasanya menjadi julukan bagi para istri, tapi kini menjadi julukannya karena istrinya yang akan memimpin negara tersebut.

Hal-hal itulah yang ia ceritakan dalam kampanye dengan hasil rata-rata sukses.

Harris berhasil menarik pendukung di Oakland, diperkirakan oleh penasihatnya mencapai lebih dari 20 ribu pendukung.

Namun ia sendiri hampir kalah dalam persaingan nominasi melawan kandidat paling beragam dalam sejarah, karena dia gagal mendapatkan gelombang dukungan dan keluar beberapa minggu sebelum suara diberikan.

Baca Juga: Gunakan Israel Sebagai Senjata, Beginilah Cara Licik Donald Trump Gunakan Presiden Israel Untuk Menjatuhkan Joe Biden Tepat Sebelum Pemilu Amerika Serikat

Meski ia hampir gagal menarik perhatian pendukung kulit Hitam, ia mendapat kemenangannya sendiri atas hinaan Donald Trump kepadanya.

Ia segera menjadi bulan-bulanan Donald Trump terutama dalam hal serangan rasis dan berbau seksis dari Trump dan pihak konservatif.

Trump bahkan menolak menyebut namanya dengan benar dan setelah debat wakil presiden, hanya memanggilnya sebagai 'monster'.

Tapi justru hal tersebut yang membuat banyak orang kemudian mendukungnya.

Baca Juga: Pantas Saja Kekalahan Trump Bikin Palestina 'Jingkrak-jingkrak,' Ternyata Berikut Sederet Kebijakannya yang Dinilai Pro-Israel si Musuh Bebuyutan

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait