Penulis
Intisari-online.com -Layaknya negara yang menjunjung imperialisme Barat, Amerika Serikat adalah salah satu negara yang kejam terhadap para imigran.
Meskipun mereka membuka pintu bagi para imigran dari luar negeri, tapi kehidupan para imigran di dalam negara tersebut tergolong sulit.
Hal tersebut adalah yang sama dialami oleh Kamala Harris, wakil presiden terpilih AS yang akan resmi menjabat mulai Januari 2021 nanti.
Melansir New York Times, sejak awal ia mulai menapaki hidupnya, Harris sudah diajari jika akan banyak yang bersikap rasis kepadanya.
Namun ia tidak merasa rendah diri atas dirinya, dan justru menjadi sosok yang lebih kuat atas apa yang terjadi pada dirinya.
Penindasan terhadap para imigran justru menjadi salah satu keutamaan yang ia ingin berantas.
Dalam kampanye-kampanyenya, ia sering berbicara mengenai para imigran sebelum dirinya, orang tuanya, para imigran yang memperjuangkan hak sipil di AS serta para pendahulu yang memperjuangkan hak hidup di negara tersebut.
Ia pernah berkata kepada para hadirin warga kulit Hitam di Fort Worth, Texas, "terkadang kita merasa menjadi satu-satunya yang seperti ini masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Tapi yang perlu kita tahu adalah kita tidak pernah masuk ke ruangan itu sendirian. Kita semua bersama."
Sekali lagi, Harris berhasil menyabet dua hal dalam satu waktu.
Ia menjadi wakil presiden wanita pertama AS dan wanita berwarna pertama yang akan bekerja di kepresidenan.
Hal tersebut merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa, baik bagi dirinya, bagi para imigran dan juga untuk Amerika sendiri.
Bahkan jika ia berhasil berada di posisi wakil presiden dan dipilih karena sosok pria kulit putih, Harris berhasil mengukir kemungkinan baru yang akan tumbuh di Amerika.
Dalam pidato kemenangannya Sabtu lalu, Harris berbicara mengenai ibunya dan generasi wanita semua ras yang telah mengukir jalan sampai momen itu.
"Walaupun aku mungkin menjadi wanita pertama di kantor ini, aku tidak akan menjadi yang terakhir," ujarnya kepada para hadirin di Wilmington, Delaware.
"Karena semua anak kecil yang melihat pidatoku malam ini melihat jika negara ini adalah negara dengan segala kemungkinan."
Rupanya, Kamala Harris tidak hanya memenangkan pendukung karena popularitas saja.
Ia memiliki banyak kiprah yang mumpuni, terbilang sangat banyak jika dibandingkan wanita lainnya di umuar yang sama dengannya, 56 tahun.
Harris adalah seorang mantan pengacara distrik San Fransisco.
Selanjutnya ia terpilih sebagai wanita kulit hitam pertama bertugas di kantor pengacara California.
Ia lalu terpilih sebagai senator AS pada 2016 lalu, menjadi wanita kulit hitam kedua di ruangan Senat sepanjang sejarah
Ia kemudian meraih nama yang hebat di Washington, dengan caranya menuntut dalam dengar pendapat Senat.
Ia memanggang lawan-lawannya di saat-saat berisiko tinggi, terkadang menjadi viral.
Namun memang akar asal usulnya adalah hal yang ajaib lagi: anak dari ayah warga Jamaika dan ibu India.
Ia mendalami masalah keadilan rasila di tahun-tahun awalnya di Oakland dan Berkeley, California, dan menulis dalam memoarnya tentang kenangan tentang nyanyian, teriakan dan "lautan kaki yang bergerak" pada sebuah protes.
Ia ingat mendengar Shirley Chrisholm, wanita kulit hitam pertama yang melakukan kampanye nasional untuk presiden, berbicara pada tahun 1971 di sebuah pusat kebudayaan kulit hitam di Berkeley yang sering dia kunjungi saat masih muda.
Ia belajar di perguruan tinggi Howard University, perguruan tinggi kulit hitam bersejarah yang paling bergengsi di AS, lalu bertekad menjadi jaksa penuntut kasus kekerasan dalam rumah tangga dan eksploitasi anak.
Ibunya adalah seorang peneliti kanker payudara yang meninggal tahun 2009 lalu, sedang suaminya adalah sosok Yahudi kulit putih Douglas Emhoff, serta anak tirinya yang memanggilnya Momala.
Douglas Emhoff membuat sejarah sendiri sebagai bapak negara kedua pertama AS, istilah bagi pendamping pemimpin negeri yang biasanya menjadi julukan bagi para istri, tapi kini menjadi julukannya karena istrinya yang akan memimpin negara tersebut.
Hal-hal itulah yang ia ceritakan dalam kampanye dengan hasil rata-rata sukses.
Harris berhasil menarik pendukung di Oakland, diperkirakan oleh penasihatnya mencapai lebih dari 20 ribu pendukung.
Namun ia sendiri hampir kalah dalam persaingan nominasi melawan kandidat paling beragam dalam sejarah, karena dia gagal mendapatkan gelombang dukungan dan keluar beberapa minggu sebelum suara diberikan.
Meski ia hampir gagal menarik perhatian pendukung kulit Hitam, ia mendapat kemenangannya sendiri atas hinaan Donald Trump kepadanya.
Ia segera menjadi bulan-bulanan Donald Trump terutama dalam hal serangan rasis dan berbau seksis dari Trump dan pihak konservatif.
Trump bahkan menolak menyebut namanya dengan benar dan setelah debat wakil presiden, hanya memanggilnya sebagai 'monster'.
Tapi justru hal tersebut yang membuat banyak orang kemudian mendukungnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini