Advertorial
Intisari-online.com -Sungai Nil menjadi sorotan utama setelah tiga negara ini bersengketa atas sungai tersebut.
Sebelumnya diketahui bahwa ada mega proyek pembangunan bendungan di sungai Nil.
Bendungan tersebut merupakan bendungan pembangkit listrik yang rencananya akan dipakai oleh tiga negara: Mesir, Sudan dan Ethiopia.
Namun pembangunan bendungan tersebut terbentur oleh beberapa masalah.
Mengutip Al Jazeera, Ethiopia mengecam "ancaman mengerikan" mengenai ketegangan dengan Mesir dan Sudan atas operasi bendungan raksasa sungai Nil.
Hal itu mereka keluarkan beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump berkomentar ngawur atas bendungan itu.
Komentar Trump bisa disebut ngawur karena Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed tidak secara spesifik menyebut komentar Trump yang mana.
Ahmed hanya menyebut "pernyataan resmi tentang ancaman mengerikan yang membuat Ethiopia mempertimbangkan kesepakatan tidak adil ini."
Lebih lanjut lagi, Ahmed menyebutkan "ancaman-ancaman terhadap kedaulatan Ethiopia jelas-jelas tidak produktif, salah arah dan melanggar hukum internasional.
"Ethiopia tidak akan menyerah terhadap agresi berbentuk apapun, dan juga kami tidak akan berikan hak atas perlakuan kolonial."
Menteri Luar Negeri Gedu Andargachew memanggil duta besar AS untuk Ethiopia Michael Raynor untuk menjelaskan komentar Donald Trump.
Rupanya, komentar Trump datang saat ia melakukan pembicaraan lewat telepon dengan Perdana Menteri Sudan.
Pembicaraan mengenai normalisasi hubungan Sudan dan Israel tersebut juga menyebutkan mengenai pembangunan bendungan yang ada.
Berbicara dengaan Perdana Menteri Abdalla Hamdok, Trump meminta resolusi atas ketegangan bendungan Ethiopia.
Ia memperingatkan: "Mereka akan meledakkan bendungan tersebut."
Dan yang ia maksudkan adalah Mesir.
"Dan akan kukatakan dengan keras dan jelas… mereka akan meledakkan bendungan tersebut. Dan mereka (Ethiopia) harus lakukan sesuatu," ujarnya selama telepon tersebut.
Sebelumnya, Trump telah mengatakan kepada Departemen Keuangan untuk menunda bantuan ke Ethiopia karena sengketa bendungan tersebut.
Hal itu telah membuat warga Ethiopia marah dan menuduh Washington tidak netral dalam upaya mereka menengahi sengketa atas Ethiopia, Mesir dan Sudan.
Akibatnya, Ethiopia mulai mundur dari pembicaraan tersebut.
Trump hanya mengatakan pada Jumat lalu "mereka tidak akan melihat uang itu kecuali mereka setuju dengan kesepakatan itu."
Mesir sendiri berulang kali telah mengatakan mereka ingin selesaikan sengketa itu dengan diplomasi.
Namun mereka juga menyebutkan akan menggunakan "semua kekuatan yang ada" untuk melindungi kepentingan rakyatnya.
Administrasi Ahmed menyebutkan sudah ada progres signifikan yang dibuat dalam menyelesaikan ketegangan sejak Uni Afrika mengambil alih negosiasi tersebut.
Walaupun begitu, komentar Trump telah membuat warga Ethiopia berang.
Dalam cuitannya, mantan Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Dessalegn mengatakan komentar Trump ngawur dan tidak bertanggung jawab.
"Orang itu tidak tahu apa-apa mengenai apa yang ia bicarakan," tulisnya.
Diketahui Ethiopia, Sudan dan Mesir telah terlibat ketegangan atas pengoperasian bendungan selama bertahun-tahun.
Adis Ababa menginginkan pembangunan bendungan itu segera tercapai karena menurut mereka bendungan itu akan menghapus kemiskinan dan mereka bisa membangun pembangkit listrik besar.
Sedangkan Kairo, yang telah bergantung kepada Sungai Nil lebih dari 90% dari suplai air bersihnya, khawatir jika stok air yang menurun karena bendungan itu dapat berdampak buruk terhadap ekonomi mereka.
Khartoum sementara itu merasa mendapat keuntungan dari proyek tersebut yang hasilkan listrik murah dan pengurangan banjir.
Namun mereka juga khawair mengenai pengoperasian bendungan itu, yang dapat membahayakan bendungan yang lebih kecil, sebagaimana bergantung pada jumlah air yang mengalir ke bawah setiap harinya.
Sampai saat ini Kairo dan Khartoum sedang mencari kesepakatan yang tidak merugikan jumlah air yang masih bisa mereka dapatkan.
Banyak pakar yang menyayangkan komentar Trump.
William Davidson, analis senior di Grup Krisis Internasional mengatakan komentar Trump cukup berbahaya dan ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Ia khawatir karena komentar Trump tersebut justru akan sebabkan konflik regional.
Sementara Timothy Kadas, rekan non-residen di Institut Tahrir untuk Kebijakan Timur Tengah, mengatakan bahwa meski Trump berkomentar demikian, Mesir tidak akan lakukan aksi militer atas sengketa itu.
"Tidak jelas apa motivasi Trump mengatakannya. Kurasa ia kesal karena Ethiopia mundur dari pembicaraan itu dan menolak datang ke Washington," terangnya.
"Namun kurasa tidak ada risiko serius mengenai ancaman itu, Mesir telah memperjelas jika aksi militer bukanlah prioritas mereka."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini