Sudah 10 Tahun Kerja Sama Soal Senjata Nuklir, Amerika Tiba-tiba Tolak Proposal Rusia, Putin Berang dan Sebut Negara Trump Bukan Lagi Negara Adidaya, 'China Sudah Kalahkan AS!'

Mentari DP

Penulis

Jika Washington tidak siap untuk membahas masalah global dengan Moskow, Rusia siap untuk berdiskusi dengan negara lain.

Intisari-Online.com - Jika menyebut negara Amerika Serikat (AS), apa yang muncul dibenak Anda?

Mungkin negara besar, negara maju, dan negara adidaya.

Ya, sejak puluhan tahun lalu, AS dikenal sebagai negara adidaya.

Bahkan disebut menjadi salah satu 'pemimpin' negara-negara lainnya.

Baca Juga: Sudah 10 Bulan Berlalu, WHO Sebut Dunia Berada di Titik Kritis Pandemi Covid-19, Klaim Beberapa Negara Berada di Jalur Berbahaya, Indonesia Gimana?

AS juga dikenal kuat dalam segala sektor. Seperti sektor ekonomi, kesehatan, hingga militer.

Namun Presiden RusiaVladimir Putin tidak setuju.

Menurutnyakini hal itu sudah berubah. AS dinilai bukanlah satu-satunya negara kuat di dunia.

Dilansir dari Reuters pada Sabtu (24/10/2020),Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa peran dan kekuasaan Amerika Serikat telah berkurang.

Baca Juga: Liga Arab Makin Terpecah Belah, Kini Giliran Sudan yang Setuju Berdamai dengan Israel, Donald Trump Langsung Beri Hadiah dengan Hapus Sudan dari Daftar Negara Terorisme

Tidak hanya AS, tapiperan Inggris dan Prancis juga sama-sama telah berkurang.

Menurutnya era ketiga negara ituadalah masa lalu.

Secara terbuka Putin menyampaikan bahwaChina dan Jerman sekarang menuju status negara adidaya.

Di mana dua negara itu berperan paling penting dalam politik dan ekonomi.

Artinya kedua negarasedang menuju status negara adidaya.

Oleh karenanya, menurut Putin, jika Washington tidak siap untuk membahas masalah global dengan Moskow, Rusia siap untuk berdiskusi dengan negara lain.

Dia mengatakan Washington tidak bisa lagi mengklaim eksepsionalisme dan mempertanyakan mengapa mereka menginginkannya.

Menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November, Putin mengatakan dia berharap pemerintahan baru akan siap untuk dialog tentang keamanan dan pengendalian senjata nuklir.

Washington pekan lalu menolak proposal Rusia untuk perpanjangan satu tahun tanpa syarat dari perjanjian terakhir yang membatasi penyebaran senjata nuklir strategis AS dan Rusia.

Baca Juga: Klaim Tak Miliki Satu Pun Kasus Virus Corona, Tiba-tiba Kim Jong-Un Minta Seluruh Warganya Tinggal di Rumah Hanya Karena 'Debu Kuning', Ternyata Ini yang Buat Sang Diktator Parno

Perjanjian New START (Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis), yang ditandatangani pada 2010 akan berakhir pada Februari.

Ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan Amerika Serikat serta rudal dan pembom yang membawanya.

Terlepas dari perbedaan mereka, Moskow dan Washington tampaknya semakin mendekati kesepakatan tentang New START.

Perlu Anda tahu, saat ini Amerika Serikat (AS) dan Rusia menempati peringkat 1 dan 2 sebagai negara dengan kekuatan militer terbaik di dunia.

Kedua negara sama-sama memiliki jutaan tentara aktif dan dinilai memiliki teknologi yang sama kuatnya.

Salah satunya kedua negara sama-sama memiliki jumlah hulu ledak nuklir yang bisa membuat seluruh dunia luluh lantak.

Baca Juga: Semua Misi Nyaris 100% Sukses, InilahKoopssus TNI, Pasukan Elite Indonesia yang Jago di Darat, Laut, dan Udara, 'Hanya Bisa Diperintah oleh Presiden Jokowi'

Artikel Terkait