Sudah 10 Bulan Berlalu, WHO Sebut Dunia Berada di Titik Kritis Pandemi Covid-19, Klaim Beberapa Negara Berada di Jalur Berbahaya, Indonesia Gimana?

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Berdasarkan data dari Worldometers.info pada Sabtu (24/10/2020), sudah lebih dari 42 juta orang di dunia yang positif virus corona (Covid-19).

Di mana ada 1,1 juta kasus kematian dan 31 juta lainnya telah dinyatakan sembuh.

Artinya hingga kini tersisa 9,9 juta kasus aktif di seluruh dunia.

Angka tersebut terus mengkhawatirkan.

Baca Juga: Liga Arab Makin Terpecah Belah, Kini Giliran Sudan yang Setuju Berdamai dengan Israel, Donald Trump Langsung Beri Hadiah dengan Hapus Sudan dari Daftar Negara Terorisme

Sebab, pandemi virus corona sudah berjalan selama 10 bulan lebih dan belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.

Malahan beberapa negara mengalami gelombang 2 dan memutuskan untuk menerapkan kebijakan lockdown.

Melihat hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa dunia sekarang beradapada titik kritis dalam pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalamkonferensi pers seperti dilansir darireuters.com pada Sabtu (24/10/2020).

Baca Juga: Klaim Tak Miliki Satu Pun Kasus Virus Corona, Tiba-tiba Kim Jong-Un Minta Seluruh Warganya Tinggal di Rumah Hanya Karena 'Debu Kuning', Ternyata Ini yang Buat Sang Diktator Parno

Bahkan menurut Tedros,beberapa negara berada di jalur yang berbahaya.

Anggapan berbahaya itu mengacu ketika layanan kesehatan sebuah negara 'runtuh' kaena tidak bisa menahan tekanan dari jumlah pasien yang melonjak.

"Kita berada pada titik kritis dalam pandemi Covid-19," kataDirektur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Terutama di belahan bumi utara.

"Beberapa bulan ke depan akan menjadi sangat sulit dan beberapa negara berada di jalur yang berbahaya."

“Oleh karenanya, kami mendesak para pemimpin negara untuk segera mengambil tindakan."

"Ini berguna untuk mencegah kasus kematian yang tidak perlu lebih lanjut."

"Mereka juga meminta para pemimpin negara memikirkan layanan kesehatan di masing-masing negara dan menutup tempat-tempat yang membuat banyak kerumuman."

"Seperti sekolah dan tempat wisata."

Tedros mengatakan, sekarang terlalu banyak negarayang mengalami peningkatan eksponensial dalam infeksi.

Dan itu mengarah pada kondisi tersebut, yaitu ketika rumah sakit dan unit perawatan intensifpenuhatau melebihi kapasitas.

Sehingga dia mengatakan negara-negara harus mengambil tindakan untuk membatasi penyebaran virus dengan cepat.

Baca Juga: Dapat Julukan'Fatal Beauty', Begini Hebatnya Pasukan Khusus Rusia yang Terdiri dari Wanita-wanita yang Berhasil Bunuh 309 Pasukan Nazi, Lihat Saja Latihan Perangnya

Ada beberapa saran yang diberikan oleh Tedros dan telah disetujui anggota WHO lainnya.

Seperti meningkatkan tingkat pengujian, melacak kontak orang-orang yang terinfeksi, dan mengisolasi mereka yang berisiko menyebarkan virus.

Menurut Tedros tiga langkah itu bisa dilakukan tanpa harus melakukan lockdown.

Sebab, banyak negara, seperti negara berkembang dan negara miskin, yang tidak bisa melakukan lockdown demi ekonomi.

Khusus untuk Indonesia, memang saat ini kondisi Indonesia termasuk berbahaya.

Rata-rata kasus harian di Indonesia mencapai angka 4.000 dan kini jumlah kasus positif mencapai 381.910 kasus serta 13.077 kasus kematian.

Akibatnya Indonesia menempati urutan ke-19 sebagai negara dengan kasus virus corona terbanyak di Indonesia.

Dan nomor 1 di Asia Tenggara.

Beberapa poin yang diperhatikan adalah rendahnya tingkat pengujian tes karena masih di bawah standar WHO.

Baca Juga: Kim Jong-Un Tak Main-main, Selama Ini Dianggap Perkenalkan Rudal 'Palsu', Kali Ini Rudal Balistik Antarbenua Baru Korea Utara Bisa Kirim 3 Ton ke Target Mana Pun di Daratan AS

Artikel Terkait