Advertorial
Intisari-Online.com - Mungkin Anda termasuk salah satu penggemar minuman dengan rasa manis yang disebut dengan boba atau bubble, yang terbuat dari tepung tapioka?
Namun hati-hati, mengonsumsi boba atau bubble terlalu banyak dapat menyebabkan penyakit diabetes, yang jika tak segera ditangani bisa berlanjut pada komplikasi, hingga menyebabkan kelumpuhan.
Seperti yang telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, seorang wanita berusia 20 tahun asal Bekasi, bernama Ranya membagikan pengalaman pribadinya, terkait efek samping dari kegemarannya mengonsumsi boba atau bubble.
Pengalaman pribadi yang dikisahkan oleh Ranya melalui akun media sosial Twitter @dangobulet langsung menjadi sorotan masyarakat, sebab banyak orang yang juga menggemari boba.
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Ranya mengaku bahwa dalam satu hari dia bisa mengonsumsi dua gelas boba.
Ia biasanya mengonsumsi boba tiga sampai empat hari dalam seminggu.
Kebiasaannya ini mulai ia lakukan sejak Desember 2019.
Selama mengonsumsi boba, Ranya merasa tidak merasa ada yang aneh pada tubuhnya.
Hingga suatu ketika, perempuan berusia 20 tahun ini merasakan kebas pada kaki.
Selama enam hari, rasa kebas pada kakinya tak kunjung hilang.
Kakinya kemudian mengalami lumpuh sementara.
Ranya lalu memutuskan untuk memeriksakan kondisinya ke dokter pada Maret 2020, dan didiagnosis Diabetes Melitus tipe-2.
"Dibawa ke dokter umum, bilangnya cuma kekurangan vitamin D."
"Ternyata masih terasa berkedut, bahkan pas jalan kayak meleyot (layu) gitu kakinya."
"Akhirnya dibawa ke dokter penyakit dalam dan dicek ternyata sudah DM (diabetes melitus) tipe-2," kata dia.
Namun, benarkah terlalu banyak mengonsumsi boba atau bubble tea bisa sebabkan diabetes hingga kelumpuhan?
Menjawab persoalan ini, pada Senin (28/9/2020) Kompas.com menghubungi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik dan Diabetes dr Wismandari Wisnu SpPD-KEMP.
Menurut Wismandari, seseorang yang banyak konsumsi makanan atau minuman mengandung lemak dan gula, maka akan mudah terkena diabetes.
"Tapi ini bukan proses yang cepat, perlu waktu agar gula darah seseorang bisa naik, kemudian menjadi pre diabetes dan akhirnya menjadi diabetes," kata dia.
Bahayanya, ketika sudah dalam kondisi diabetes pun, terkadang seseorang belum mengalami gejala, sehingga tidak segera berkonsultasi dengan ke dokter.
Wismandari mengatakan, seringkali pasien datang kepada dokter justru karena komplikasi dari diabetes, seperti berikut:
- Serangan jantung
- Stroke
- Gagal ginjal
- Kebutaan
- Luka di kaki yang sukar sembuh
- Kesemutan atau baal (nyeri)
- Impotensi
- Keputihan dan lain-lin
"Atau datang karena infeksi, tapi kemudian didapatkan kadar gula darah yang tinggi," kata dia.
Kelumpuhan karena diabetes
Seperti yang terjadi pada Ranya, menurut dia, bukanlah sesuatu yang terjadi secara mendadak.
Kemungkinan gula darah sudah meningkat selama beberapa waktu tanpa disadarinya, karena tidak ada gejala apapun.
"Dan itu sering terjadi (gula darah naik tanpa ada gejala fisik)," jelasnya.
Setelah, beberapa lama gula dalam darah meningkat, maka komplikasi mulai terjadi.
Salah satunya adalah komplikasi saraf, bisa saraf perifer berupa kesemutan, baal atau nyeri yang paling sering terjadi di ujung kaki atau tangan, dan komplikasi berupa stroke yang bisa menyebabkan lumpuh.
"Komplikasi yang juga sering terjadi adalah ke kaki, di mana terjadi kerusakan pada saraf tepi dan juga aliran darah, sehingga jika terjadi luka sukar untuk sembuh, kemudian bisa diamputasi," ujarnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Kisah Gadis 20 Tahun Lumpuh Akibat Minum Boba, Ini Kata Dokter"