Sejarawan Anthony Reid Meninggal Dunia, Sumbangsihnya terhadap Sejarah Indonesia Luar Biasa

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Sejarawan Anthony Reid meninggal dunia (thebritishacademy.ac.uk)
Sejarawan Anthony Reid meninggal dunia (thebritishacademy.ac.uk)

Sejarawan Anthony Reid meninggal dunia. Karya-karyanya mempermudah pembaca dan peminat humaniora untuk memahami kompleksitas sejarah Asia Tenggara, Sumatera, dan Indonesia

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Kabar duka datang dari disiplin ilmu sejarah. Sejarawan masyhur asal Selandia Baru, Anthony Reid, meninggal dunia.

Kabar kematian Tony--sapaan karib Anthony Reid--salah satunya dikabarkan oleh ekonomo Chatib Basri lewat akun X-nya.

"Kawan dan Guru saya, sejarawan Anthony Reid telah pergi. Ia tidak hanya membaca Asia Tenggara, tapi mendengarkannya. Dalam Age of Commerce, ia melihat sejarah bukan sebagai deret tahun, tapi sebagai denyut hidup manusia—pasar, pelabuhan, musim, dan ingatan. Saya pernah menulis satu bab dalam buku yang ia sunting. Dan seperti banyak dari kita, saya belajar darinya: bahwa menulis sejarah adalah juga tentang empati—dan ketelitian adalah bentuk paling sunyi dari rasa hormat. Selamat jalan Tony," begitu tulis Chatib, Minggu (8/9).

"Rest in Peace, Pak Tony," tulis sejarawan UGM Sri Margana, pada Minggu (8/6) lewat Story Instagram-nya.

Bagi sejarawan muda FX Domini BB Hera, Anthony Reid punya kesan tersendiri baginya. Dia mengatakan, karya-karyanya punya peran besar bagi para pembaca humaniora dan studi Asia Tenggara.

"Hampir dua dekade silam, saat kujemput di Bandara Juanda Surabaya bersama Bu Helen Reid, istri terkasihnya, belum lama di kendaraan ia sudah bertanya bahwa di manakah Gereja Katolik terdekat yang bisa mereka masuki tuk ikut misa ... Wow, religius sekali... Karya-karyamu abadi, Pak Tony," tulisnya, Minggu (8/6).

Anthony Reid begitu terkenal di kalangan sejarawan Indonesia terutama karena bukunya yang berjudul Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 yang versi bahasa Indonesianya dicetak dalam dua jilid. Tapi itu bukan satus-satunya karya monumental Pak Tony. Karyanya yang berjudul Asal Mula Konflik Aceh: Dari Perebutan Pantai Timur Sumatera hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19 juga tak kalah dahsyatnya (judul aslinya The Contest for North Sumatra: Atjeh, the Netherlands and Britain, 1858–1898).

Lewat buku ini Tony mencoba menjelaskan bahwa Konflik Aceh bukan peristiwa yang tiba-tiba muncul, tapi mempunyai akar sejarah yang begitu panjang. Sebagaimana disebut di judulnya, konflik itu berakar pada perebutan kepentingan ekonomi dan politik di Pantai Timur Sumatera pada oleh negara-negara Barat.

Selamat jalan, Pak Tony, karyamu abadi!

Artikel Terkait