Nama Manthous pun semakin dikenal luas setelah album keduanya keluar.
Dari album tersebut, orang mengenal lagu “Nyidam Sari" dan musik campursari mulai digemari dan digandrungi masyarakat serta eksistensinya mulai diakui sebagai sebuah genre musik setara dengan genre musik yang lebih dulu eksis seperti pop, dangdut, rock, keroncong dan genre lainnya.
Baca Juga: Minum Es Atau Minum Air Hangat Saat Buka Puasa, Mana yang Lebih Baik?
Kemunculan Nama Didi Kempot
Setelah era era R.M Samsi dan Manthous barulah muncul nama Didi Kempot.
Namun, Didi Kempot mengusung warna campursari yang berbeda.
Campursari Didi Kempot tidak menggunakan musik gamelan Jawa seperti halnya campursari ala Manthous.
Hal itu mengemuka dari Jurnal "Campursari Musik Etnis Jawa Populer antara Karya Manthus dan Didi Kempot" yang dibuat oleh Wadiyo, September 2002 silam.
Dari Jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Semarang tersebut mengambil sampel lagu campursari "Sewu Kutho" milik Didi Kempot untuk menggambarkan perbedaan campursari Manthous dan Didi Kempot.
Meski telah memulai kariernya sebagai musisi jalanan pada 1984, namun Didi Kempot baru meluncurkan album pertamanya pada 1989.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR