Situasi ini ciptakan stress psikologis akut pada para pelarian yang tinggal di Indonesia.
Padahal, di tahun 2017, ada kurang lebih 13 ribu pelarian dari 49 negara berbeda-beda.
Stress mereka sekarang bertambah dengan ancaman Covid-19, walaupun virus tersebut membuat sebagian mengikhlaskan takdir mereka.
Seperti contohnya seorang pelarian dari Rohingya, Muhammad Ismail, ia mengatakan menunggu sakit lebih parah daripada saat benar-benar terinfeksi.
"Biarkan virus Corona datang. Lebih baik begitu daripada tinggal di sini sampai entah kapan."
Demikian pula dengan para pengungsi lain di Hotel Pelangi, mereka sekarang takut jika tujuan akhir mereka mungkin kematian sebelum waktunya dari Covid-19, bukan pemukiman kembali yang telah mereka harapkan bertahun-tahun.
"Jika kami terkena virus Corona setidaknya ini akan berakhir," ujar Muhammad Ismail.
"Seperti ini terus rasanya seperti genosida yang diperlambat."
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR