Intisari-Online.Com - Seperti tahun-tahun sebelumnya, saat inipun etnis Rohingya nasibnya masih terkatung-katung.
Sejak lama etnis Rohingya 'tertindas' tak hanya karena kaum ini seolah ditolak berbagai negara, namun juga menderita karena berbagai bahaya yang selalu mengintainya.
Mereka melarikan diri berusaha bebas dari penganiayaan, terapung di kapal-kapal yang penuh sesak dengan manusia.
Dalam kapal itu tak hanya kaum laki-laki, tapi juga dipadati wanita dan anak-anak. Wanita yang dipaksa keluar dari rumah mereka sangat rentan.
Mereka memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang diperburuk ketika mereka dipindahkan, tetapi perempuan yang bepergian kehilangan akses ke perawatan kesehatan.
Mereka mungkin hamil dan melahirkan, dan berisiko mengalami komplikasi yang bisa berakibat fatal.
Seorang dokter lapangan, Dr Natash Reyes, mengisahkan bagaimana kondisi dan risiko wanita-wanita Rohingya yang melahirkan, seperti dilansir dari star2.com (24/5/2019).
"Saya menyaksikan ini pada tahun 2017 ketika saya pertama kali mulai bekerja di antara para wanita Rohingya sebagai bagian dari tim darurat Dokter Tanpa Batas, yang dikenal dalam bahasa Prancis sebagai Medecins Sans Frontieres (MSF).
Kami dikerahkan melintasi distrik Cox's Bazar di Bangladesh untuk menanggapi eksodus yang belum pernah terjadi sebelumnya dari sekitar 700.000 pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di negara bagian Myanmar, Rakhine, Myanmar.
Untuk misi darurat tiga minggu saya, saya ditugasi untuk menilai kebutuhan para pengungsi yang baru tiba. Kesehatan seksual, reproduksi dan ibu sangat dibutuhkan saat itu.
Baca Juga: Ternyata Ada Etnis Minoritas Lain Selain Rohingya yang Harus Mengungsi dari Myanmar karena Konflik
Source | : | star2.com |
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR