Intisari-Online.com - Apa pun cara dilakukan para pengungsi Rohingya di Bangladesh untuk mendapatkan makanan. Salah satunya dengan memaksa putri-putri yang masih kecil untuk menikah.
Sialnya, beberapa di antara putri-putri itu ada yang masih berusia sekitar 12 tahun.
Sekadar informasi, Program Pangan Dunia PBB mengalokasikan bantuan makanan per rumah tangga sehingga keluarga dengan jumlah anggota yang berbeda mendapat jatah bantuan makanan yang sama.
(Baca juga: Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Dengan menikahkan anak perempuan mereka maka jumlah orang yang harus diberi makan di keluarga orangtua akan berkurang.
Sementara, The Guardian menulis, anak yang sudah menikah akan mendapat jatah bantuan sendiri.
Pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh mencapai angka 600 ribu jiwa.
Petugas medis mengatakan anak perempuan paling diincar sebagai sasaran kekerasan seksual di Rakhine.
Namun, saat tiba di Bangladesh, mereka kembali mendapatkan kekerasan dalam bentuk pernikahan dini.
Salah satu pengungsi anak perempuan di Bangladesh, Anwara yang masih berusia 14 tahun mengaku telah menikah dalam seminggu sejak tiba di kamp.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR