Intisari-Online.com - Penyiksaan militer Myanmar terhadap muslim Rohingya dalam beberapa bulan terakhir semakin diperkuat dengan banyaknya laporan tentang pembunuhan, kekerasan seksual, dan kekejaman lainnya.
Kita tahu, persekusi ini telah menyebabkan gelombang ribuan pengungsi dan PBB mengutuknya sebagai genosida.
Bahkan, berdasarkan laporan Human Rights Watch, yang fokus pada kekerasan seksual, pada Kamis (16/11) pagi, pemerkosaan yang dilakukan terhadap para perempuan dan anak-anak, tampaknya lebih luas dan sistematis dibanding dugaan sebelumnya.
(Baca juga: Soal Krisis Rohingya, Sekjen PBB Puji Peran Penting Indonesia Terutama Menlu Retno Marsudi)
(Baca juga: Leonard Akhirnya Bertemu Putrinya, 23 Tahun Setelah Ia Hilang dalam Genosida Rwanda)
Dan anggota militer Mynmar yang berseragam harus bertanggung jawab atas itu semua.
Laporan tersebut didasarkan pada wawancara dengan 52 perempuan dan gadis Rohingya yang melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh.
Di antara mereka, termasuk 29 korban pemerkosaan dari 19 desa yang berbeda di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
HRW mengatakan, kesimpulan laporan itu juga mengacu pada wawancara dengan 17 perwakilan organisasi kemanusiaan yang memberikan layanan kesehatan kepada perempuan dan gadis-gadis Myanmar di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Wawancara juga dilakukan kepada pejabat kesehatan setempat.
Laporan itu menemukan, pasukan keamanan Myanmar telah “memperkosa dan melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak-anak, tak hanya selama serangan besar ke desa-desa tapi juga dalam minggu-minggu sebelum serangan besar itu terjadi. Berulang-ulang.”
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR