Di Wajahnya Muncul Bercak-bercak Sepulang dari Vatikan, Apa Sebenarnya Penyakit Jokowi?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Muncul bercak dan ruam di wajah mantan presiden Joko Widodo sepulang dari Vatikan. Ajudan menyebut, Jokowi mengalami alergi karena perbedaan cuaca di Vatikan (Kompas.com)
Muncul bercak dan ruam di wajah mantan presiden Joko Widodo sepulang dari Vatikan. Ajudan menyebut, Jokowi mengalami alergi karena perbedaan cuaca di Vatikan (Kompas.com)

Muncul bercak dan ruam di wajah mantan presiden Joko Widodo sepulang dari Vatikan. Sakit apa yang sebenarnya dialami oleh Jokowi?

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Pulang dari Vatikan beberapa saat yang lalu, mantan presiden Joko Widodo sakit. Di wajahnya muncul bercak-bercak hitam. Sakit apa sebenarnya Jokowi?

Terkait sakit yang menimpa Jokowi, sempat disampaikan oleh sang ajudan, Kompol Syarif Muhammad Fitriansyah. Dia bilang, Presiden RI ke-7 itu mengalami alergi sepulang dari pemakaman Paus Fransiskus. Muncul dugaan, cuaca Vatikan jadi pemicunya.

Menurut Syarif, alergi yang dialami Jokowi memang tidak muncul langsung ketika berada di Vatikan. Tapi ketika dia sudah pulang ke Indonesia.

Meski begitu, Syarif dengan tegas bilang bahwa kondisi Jokowi sangat fit. Alergi yang muncul di kulit wajahnya itu, tambah Syarif, sama sekali tidak berpengaruh pada aktivitasnya.

Dia juga bilang bahwa Jokowi tidak mengalami autoimon. "Itu hoaks, enggak bener, alergi biasa. Enggak sampai sana (autoimun)," katanya pada awal Juni 2025 kemarin.

Terkait alergi dan ruam yang muncul di wajahnya, Jokowi mengaku tidak merasakan panas atau gatal atau sejenisnya, sebagaimana disampaikan Syarif. Masih sempat main sama cucu, masih sempat sepedaan, masih sempat aktivitas yang lain.

Yang lebih penting lagi, kata Syarif, alergi itu tidak menular. Sehingga, orang-orang yang berada di sekitar Jokowi juga tak mengalami hal serupa.

Bagaimana perubahan cuaca menyebabkan alergi pada kulit wajah

Benarkah peruabahan cuaca bisa menyebabkan alergi pada kulit, seperti dialami oleh Jokowi? Menurut Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi dan Estetika, dr. Fitri Firdausiya, SpDVE, bisa.

Dia mengatakan, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, perubahan cuaca dapat memicu alergi kulit seperti yang dialami oleh Joko Widodo. Selain itu Fitri menambahkan bahwa perubahan cuaca juga dapat memperburuk kondisi alergi yang dialami seseorang.

"Secara dermatologis, perubahan cuaca dapat memicu atau memperburuk kondisi alergi kulit melalui beberapa mekanisme fisiologis," ujar Fitri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (7/6/2025).

Ada beberapa faktor kenapa seseorang bisa mengalami alergi pada kulit karena perubahan cuaca, menurut Dokter Fitri.

1. Fungsi skin barrier terganggu

Fitri mengatakan bahwa perubahan suhu dan kelembapan, terutama saat perpindahan musim, dapat mengganggu skin barrier atau lapisan pelindung kulit (stratum corneatum). "Ketika suhu turun atau kelembapan udara rendah, kadar air di epidermis (lapisan kulit terluar) menurun dan bisa menyebabkan xerosis atau kulit kering," jelas dia.

Fitri melanjutkan bahwa kondisi kulit yang kering tersebut dapat meningkatkan risiko terkena hal-hal penyebab alergi dan iritasi dari lingkungan. "Hal ini memicu aktivasi sel imun lokal, seperti sel Langerhans, yang kemudian menimbulkan reaksi alergi," tutur Fitri.

2. Reaksi sistem imun yang hiperaktif

Lalu Fitri beralih pada kemungkinan penyebab kedua dari munculnya alergi karena pengaruh cuaca yaitu respons imun tubuh yang hiperaktif. "Pada individu dengan predisposisi atopik, misalnya dermatitis atopik, sistem imun kulit cenderung mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap perubahan lingkungan," terang Fitri.

Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit yang ditandai dengan kulit gatal, kering dan timbul ruam merah. Fitri menambahkan, cuaca dingin atau panas yang ekstrem dapat meningkatkan respons imun. "Cuaca dingin atau panas ekstrem dapat memperkuat aktivitas Th2-mediated immune response, yang terkait dengan produksi IgE dan pelepasan histamin, penyebab utama gatal dan ruam alergi," tutur dia.

3. Terkena paparan alergen dari lingkungan

Fitri juga mengatakan bahwa perubahan cuaca dapat berdampak pada meningkatnya jumlah senyawa yang memicu alergi (alergen) di udara. Pemicu alergi tersebut antara lain adalah serbuk sari, debu, tungau, dan spora jamur.

"Saat kulit berada dalam kondisi rapuh, misalnya kulit kering karena cuaca seperti pada poin satu," ujarnya. "Alergen ini lebih mudah menembus dan memicu dermatitis kontak alergi atau memperburuk kondisi dermatitis atopik," sambung dia.

4. Keringat dan gesekan berlebihan (friksi) pada kulit.

Dia lalu melanjutkan bahwa perubahan cuaca yang menjadi panas atau lembab juga dapat menyebabkan biang keringat (miliaria) atau iritasi kulit. Nah, kondisi tersebut dapat memicu reaksi inflamasi sekunder atau peradangan pada kulit.

Fitri menyebut, gesekan berlebihan pada kulit dapat memperburuk kondisi peradangan tersebut. "Selain itu, friksi dari pakaian ketat pada kulit berkeringat dapat memperparah iritasi," kata dia.

Menurut Fitri, alergi kulit yang dialami Jokowi disebabkan oleh gabungan berbagai faktor di atas. "Dalam konteks kondisi yang dialami oleh Bapak Jokowi sebagaimana diberitakan, reaksi alergi kulit yang terjadi saat perubahan cuaca sangat mungkin disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor di atas," terang Fitri. "Tentunya, pemeriksaan dermatologis langsung diperlukan untuk menentukan jenis dan penyebab pasti dari kondisi kulit tersebut," lanjut dia.

Itulah penjelasan tentang apa yang sedang terjadi pada kulit wajah Jokowi.

Artikel Terkait