Setiap kali mereka perlu melakukan kontak dengan pasien Covid-19 atau pasien yang dicurigai, mereka perlu memakai pakaian ini, terutama ketika mereka memasuki bangsal isolasi.
Setelah keluar dari bangsal isolasi, ia harus mengeluarkan jas pelindung tersebut dan membuangnya. Setelah itu, ia diharuskan mandi.
Faiqah pun sangat berhati-hati pada langkah ini, karena dia masih memompa ASI untuk bayinya yang berusia 5 bulan setiap empat jam.
Tapi terkadang bila tugas belum selesai dia harus menahan dulu untuk tidak memompa hingga payudaranya terasa perih.
Setiap kali dia mandi, Faiqah memastikan bahwa dirinya mencuci rambutnya juga.
Setelah merasa frustrasi dengan rambut panjangnya yang membutuhkan waktu lama untuk mengering, Faiqah pun memutuskan untuk memotong rambutnya.
Ketika tiba di rumah setelah shiftnya yang melelahkan, sang suami terkejut melihat rambut pendeknya. Namun kata-kata sang suami di hadapan anak-anaknya membuat ia tersenyum.
Bahkan jika kamu botak, aku masih akan mencintaimu," kata sang suami seperti ditulis oleh Faiqah di Facebooknya.(*)
Artikel ini telah tayang di Health.grid.id dengan judul Cerita Para Tenaga Medis Rawat Pasien Covid-19, Tahan Pipis 10 Jam Hingga Tak Berani Perah ASI Padahal Payudara Sudah Perih
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR