"Saya nggak bisa ngomong apa-apa. Kehendak Allah, saya harus dipertemukan dengan kalian di sini untuk menjelaskan. Saya nggak sanggup menjelaskan kepada anak seumur ini. Saya mohon maaf," katanya lagi, sambil memejamkan mata.
"Saya punya anak sebesar ini, saat saya tinggal. Saya tak bisa bayangkan kalau anak saya bernasib seperti Sarah … saya anggap anak saya sendiri, tak bisa saya jelaskan," kata Hassan lagi.
Ia berulang kali meminta maaf. Pertemuan berakhir dengan foto bersama, sambil mereka berpegangan tangan.
Dalam persidangan dan saat vonis pada 2005, Hassan terlihat masih keras pada pendiriannya. Namun Hassan kali ini tampak berbeda.
Perubahan dalam diri Hassan ini sudah dirasakan Iwan dalam pertemuan pertama mereka pada 2009.
Menjelang pertemuan pertama, kata Iwan, berbagai pertanyaan telah disiapkannya.
Ia juga menyimpan dendam untuk melihat terpidana itu disakiti "agar merasakan bagaimana sakitnya penderitaan terkena bom."
"Awal mula, kalau saya ditanya sama tetangga, saudara, rasanya gimana kalau ketemu pelaku … ada rasa marah, hukuman yang pantas ya dimatiin, tapi kalau mati kan cepat, tapi paling tidak disiksa dulu."
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR