Intisari-online.com - Mata Iwan Setiawan berkaca-kaca saat menunggu kapal di pelabuhan Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, menuju Nusakambangan.
"Saya membawa anak-anak saya untuk bertemu dengan pelaku pengeboman yang menyebabkan satu mata saya buta dan istri saya meninggal ... saya kehilangan kata-kata," katanya.
Bom seberat ratusan kilogram yang meledak di depan Kedutaan Australia, Jakarta, pada September 2004, menyebabkan Iwan dan istrinya Halila -yang saat itu tengah hamil tua- terpental dan jatuh.
Iwan dan Halila termasuk lebih dari 160 korban luka dalam pengeboman yang menyebabkan sembilan orang meninggal dunia.
Kelompok Jemaah Islamiyah berada di balik aksi teror tersebut.
Di perahu motor yang membawa kami menyeberang ke Nusakambangan dan di bus lapas, Iwan tampak beberapa kali menepuk punggung Sarah Salsabilla, putri sulungnya, yang banyak menanyakan tentang ibunya sejak kecil.
Halila melahirkan anak bungsu mereka Rizqy Nurhidayat, setelah terpental akibat bom pada hari yang sama.
Namun Halila meninggal dua tahun kemudian - tepat saat ulang tahun Sarah yang kelima - akibat luka dalam.
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR