Dua pelaku yang mereka temui pada pertengahan Oktober 2019 adalah terpidana mati pengeboman, yakni Iwan Darmawan Muntho alias Rois dan Ahmad Hassan.
Keduanya ditempatkan di dua lapas terpisah.
Iwan mengatakan, Sarah dan Rizqy, dua anaknya yang ikut merasakan "dampak bom yang menyebabkan keluarga mereka porak poranda" juga ingin bertemu dan menanyakan sendiri kepada dua pelaku, mengapa "tindakan kejam" itu mereka lakukan.
Pertemuan pertama adalah dengan Rois, yang ditempatkan di sel isolasi di Lapas Batu, Nusakambangan, penjara dengan pengamanan tingkat tinggi.
Rois - dengan pakaian lapas berwarna oranye dan duduk di kursi roda - didampingi petugas lapas yang mengenakan penutup muka.
Baca Juga: Kaya Minyak, Venezuela Umumkan Kondisi Darurat Energi
Rois memulai dengan menanyakan di mana Iwan saat pengeboman terjadi.
Iwan menjawab, dia saat itu tengah membonceng istrinya, Halila, untuk memeriksakan kehamilan yang memasuki usia delapan bulan.
Suasana di awal pertemuan agak canggung.
Sarah sempat menangis karena menyatakan "takut" untuk bertanya, sebelum melontarkan pertanyaan, "Mengapa Bapak melakukan itu?"
Rois menunjuk mata kanannya yang ia sebutkan "tak bisa melihat" dan terjadi saat "penyidikan".
Source | : | Kompas |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR