Bahan kimia dalam kunyit yang paling menarik minat para peneliti medis adalah polifenol yang disebut diferuloylmethane, yang lebih umum disebut curcumin.
Sebagian besar penelitian tentang kekuatan potensial kunyit berfokus pada bahan kimia ini.
Selama bertahun-tahun, para peneliti membandingkan kurkumin dengan sejumlah gejala dan kondisi, termasuk peradangan, sindrom metabolik, radang sendi, penyakit hati, obesitas, dan penyakit neurodegeneratif, dengan berbagai tingkat keberhasilan.
Namun, yang terpenting, para ilmuwan berfokus pada kanker.
Menurut penulis ulasan baru-baru ini, dari 12.595 makalah yang diterbitkan oleh peneliti tentang kurkumin antara 1924 dan 2018, 37% fokus pada kanker.
Dalam ulasan saat ini, yang ditampilkan dalam jurnal Nutrients, para penulis terutama berfokus pada jalur pensinyalan sel yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan kanker dan bagaimana kunyit dapat memengaruhi mereka.
Pengobatan untuk kanker telah meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir, tetapi masih ada jalan panjang untuk menginjak sebelum kita dapat mengalahkan kanker.
Sebagaimana dicatat oleh penulis, "pencarian obat yang inovatif dan lebih efektif" masih merupakan pekerjaan yang vital.
Dalam ulasan mereka, para ilmuwan memberikan perhatian khusus pada penelitian yang melibatkan kanker payudara, kanker paru-paru, kanker darah, dan kanker pada sistem pencernaan.
Baca Juga: Obati Gusi Bengkak dengan Obat Rumahan Berikut Ini, Salah Satunya dengan Kunyit
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR