Meskipun jenis penelitian ini sangat penting untuk memahami intervensi mana yang mungkin atau mungkin tidak mempengaruhi kanker, tidak semua studi in vitro diterjemahkan ke manusia.
Relatif sedikit penelitian yang menguji sifat antikanker kunyit atau kurkumin pada manusia, dan studi pada manusia yang dilakukan dalam skala kecil.
Namun, selain dari kesulitan dan data yang terbatas, curcumin masih memiliki potensi sebagai pengobatan antikanker.
Para ilmuwan terus bekerja pada masalah ini. Sebagai contoh, penulis menyebutkan dua uji klinis yang sedang dilakukan, yang keduanya bertujuan untuk "mengevaluasi efek terapi curcumin pada pengembangan kanker payudara primer dan metastasis, serta untuk memperkirakan risiko efek samping."
Mereka juga merujuk pada penelitian yang sedang berlangsung lainnya pada manusia yang mengevaluasi curcumin sebagai pengobatan untuk kanker prostat, kanker serviks, dan nodul paru-paru, di antara penyakit lainnya.
Para penulis percaya bahwa curcumin termasuk dalam "kelompok senyawa alami bioaktif yang paling menjanjikan, terutama dalam pengobatan beberapa jenis kanker."
Namun, pujian mereka untuk curcumin sebagai pahlawan antikanker dipengaruhi oleh kenyataan bahwa ulasan mereka telah digali, dan mereka mengakhiri makalah mereka dengan nada rendah:
Curcumin tidak kebal dari efek samping, seperti mual, diare, sakit kepala, dan feses berwarna kuning.
Terlebih lagi, itu menunjukkan bioavailabilitas yang buruk karena fakta bahwa penyerapan rendah, metabolisme yang cepat, dan eliminasi sistemik yang membatasi kemanjurannya pada penyakit pengobatan.
Studi lebih lanjut dan uji klinis pada manusia diperlukan untuk memvalidasi curcumin sebagai agen antikanker yang efektif.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR