Intisari-online.com - Ritual pernikahan adalah ritual sakral tentang penyatuan dua manusia untuk saling mengasihi dan membentuk keluarga baru.
Di berbagai suku bangsa, pernikahan termasuk upacara penting dan terpengaruh oleh kepercayaan mereka masing-masing.
Bahkan, banyak ritual yang akan terdengar sangat aneh untuk komunitas lain ketika mempelajarinya.
Salah satunya adalah dari bangsa Viking.
Pernikahan bagi bangsa Viking adalah hal yang sangat sakral dan perlu banyak persiapan.
Calon mempelai wanita menggunakan lingkaran (headband) yang digunakan untuk menghias kepala dan rambutnya, tanpa hiasan lain.
Headband tersebut dinamai kransen.
Sebelum menikah, kransen digunakan oleh wanita yang belum menikah.
Saat menikah, mereka akan memakai mahkota pernikahan dan kransen tersebut disimpan untuk diwariskan pada putrinya kelak.
Calon mempelai pria harus mendapatkan pedang dari salah satu leluhurnya.
Pedang bisa didapat dengan membuka kembali kubur leluhur yang telah mati untuk mengambil pedangnya, atau meminta dari seorang kerabat yang masih hidup.
Saat upacara nanti, mempelai pria akan membawa pedang dan mungkin juga palu untuk melambangkan Thor.
Thor dipercaya sebagai dewa bagi bangsa Viking, begitu pula Odin, ayah Thor.
Pernikahan harus dilakukan pada hari Jumat. Hari Jumat dipercaya adalah hari yang baik untuk kesuburan wanita karena Hari Frigg (Dewi Kesuburan) juga jatuh pada hari Jumat.
Sebelum upacara dimulai, pasangan pengantin harus berdoa untuk mendapat perhatian para dewa.
Mereka akan mengorbankan seekor hewan kepada dewa demi kelancaran acara pernikahan dan hubungan keluarga yang baik serta harmonis.
Baca Juga: Ini Dia 7 Manfaat Kesehatan dari Buah Naga, Salah Satunya untuk Kesehatan Usus
Dalam upacara pernikahan ini, pengantin pria akan memberikan pedang dari leluhurnya untuk disimpan oleh istrinya dan diturunkan pada anak laki-laki mereka kelak.
Baru setelah pedang diserahkan, mereka bertukar cincin dan melakukan sumpah pernikahan.
Kedua mempelai akan diarak menuju aula desa untuk berpesta.
Namun sebelum masuk, pengantin pria akan menancapkan pedangnya ke sebuah pilar pintu.
Semakin dalam pedang itu tertancap, maka semakin banyak keberuntungan dan anak-anak yang akan mereka miliki nanti.
Pesta akan berlangsung dengan meriah dan pengantin baru harus menyediakan minuman arak (ale pengantin) malam itu hingga untuk satu bulan ke depan.
Pada akhir pesta, tibalah saat yang paling ditunggu oleh pengantin yaitu malam pertama.
Jangan harap pengantin Viking bisa melewati malam pertama dengan romantis dan berdua saja.
Baca Juga: Ini Dia 6 Manfaat Mangga untuk Kesehatan Tubuh, Termasuk Bantu Cegah Kanker
Harus ada seorang saksi yang akan menemani mereka berhubungan intim di malam pertama hingga tidur dan bangun di esok paginya.
Itu dilakukan agar saksi dapat mengatakan bahwa persatuan mereka telah disempurnakan.
Keesokan paginya, rambut pengantin wanita akan diikat dan ditutup dengan kain untuk menunjukkan statusnya sebagai seorang istri.
Suami harus memberikan kunci rumah pada istrinya sebagai simbol mereka akan tinggal bersama.
Baca Juga: Kebanyakan Garam Tak Cuma Bahayakan Jantung, Ternyata Juga Bisa Timbulkan Alergi
Lalu berakhirlah upacara pernikahan dua insan bangsa Viking yang jatuh hati dan mereka bersiap menjalani rumah tangga mereka hingga maut memisahkan (Aulia Dian Permata).
Ternyata, tidak hanya bangsa Viking saja yang memiliki ritual aneh untuk pernikahannya.
Dilansir dari scoopwhoop.com, ini dia 15 tradisi pernikahan paling aneh di seluruh dunia.
Keluarga dan teman pengantin berkumpul di luar rumah pengantin dan memulai memukul kentongan, atau benda apapun yang bisa mereka pukul dan menimbulkan suara seperti panci dan pot tanaman.
Pengantin juga harus menyediakan makanan dan minuman untuk mereka.
Pengantin wanita harus berusaha menjadi gemuk sebagai tanda kesehatan dan sebagai keberuntungan
Baca Juga: PNS Bisa Kerja di Rumah dan Hari Jumat Libur, Jangan Langsung Iri Sebelum Lihat Syaratnya Ini
Nyatanya, banyak wanita menjadi sakit karena berusaha menambah berat badan.
Beberapa rakyat Korea Selatan percaya, agar pengantin pria siap dengan malam pertama, mereka harus memukuli kakinya dengan ikan mati dan tongkat bambu.
Ritual ini mengharuskan keluarga dan teman ‘memandikan’ pengantin dengan berbagai hal menjijikkan dan kemudian mengikat pengantin wanita di pohon.
Tujuannya untuk membuktikan jika pengantin siap untuk apapun.
Pengantin wanita harus menangis selama satu jam selama setiap hari dalam sebulan sebelum pernikahan, ditemani oleh kerabatnya.
Orang Tujia di Tiongkok percaya menangis akan mendatangkan pernikahan yang baik.
Suku bangsa Daur yang terkenal dengan etnis dan tradisinya memerlukan calon pengantin bersama-sama memegang pisau dan membunuh anak ayam kemudian membaca organ hatinya.
Jika hatinya bagus maka mereka dapat menentukan tanggal untuk pernikahan mereka.
Jika tidak, maka harus mencari anak ayam lagi sampai mendapatkan hati yang bagus.
Komunitas Tidong percaya pengantin harus bersama-sama tinggal di rumah dan ruangan di mana mereka tidak diperbolehkan buang air kecil maupun besar selama tiga hari tiga malam.
Saat melamar, sang pria harus membawakan gigi paus untuk ayah mertuanya di Fiji.
Akan sulit jika tidak dapat ditemukan gigi paus di pasar.
Suku di Sudan Selatan percaya jika pernikahan dapat bertahan jika wanita dapat melahirkan dua anak, jika tidak, pria dapat menceraikannya.
Sebelum pergi dari rumahnya, pengantin wanita diludahi ayahnya untuk keberuntungan.
Saat resepsi, jika pengantin pria meninggalkan ruangan, semua pria di ruangan berbaris untuk mencium pengantin wanita.
Sebaliknya, jika pengantin wanita meninggalkan ruangan, semua wanita akan maju untuk mencium pengantin pria.
Pengantin pria perluu memberikan hadiah berupa sendok bertatahkan cinta yang menunjukkan dia tidak akan membiarkannya kelaparan.
Setelah pernikahan selesai, kerabat berbaring di tanah dan pasangan pengantin berjalan di atas tubuh mereka.
Tamu membawa porselen untuk pengantin baru dan selanjutnya memecahkannya.
Seperti ritual pernikahan Viking, di Afrika ibu atau penduduk yang lebih tua menemani pengantin baru untuk ‘mengajari’ mereka cara yang benar untuk menikmati malam hari berdua.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR