"Saya kena stroke dan dianjurkan tidak terlibat produksi film lagi," ujar Dwi Koen, yang lantas berbisik dengan geli, "ternyata dokternya ingin melihat Panji Koming jalan terus."
Ini berarti pengamatan atas hiruk pikuk sosial politik negeri ini baginya tidak merupakan sambilan lagi.
Perhatikan pula betapa eksistensi Panji Koming tidak merupakan usaha Dwi Koen seorang, melainkan juga pengukuhan oleh masyarakat yang menghargainya.
Panji Koming menjadi milik orang banyak.
Menurunkan ilmu
Kini usia Dwi Koen sudah 66 tahun. Dalam dunia para kartunis, anggota dewan penasehat International Journal of Comic Art sejak 2006, bersama dengan tokoh-tokoh kelas dunia seperti Art Spiegelman dan Jerry Robinson itu, telah dianggap sebagai "Mbah" yang menjadi tempat bertanya para kartunis muda.
Sadar tak mungkin terus-menerus menjawab secara tatap muka, diturutinya anjuran sebuah penerbit untuk membuat buku Yuk, Bikin Komik yang sungguh menguji kemampuannya untuk mengajak, menjelaskan, dan merangsang para calon kartunis dan komikus muda, secara ringan dan gampang dicerna.
"Ini tugas yang sulit," katanya. Maklumlah, sikap menggampangkan persoalan tampaknya bukan watak Dwi Koen. la telah menolak tawaran agar tokoh Panji Koming menjadi bagian iklan sebuah produk, yang tentu saja lidak titawarkan tanpa imbalan.
Kepada Intisan, Dwi Koen menyampaikan intisari llmu "ngartun" dari segenap pengalamannya sebagai berikut: (1) observasi dan (2) oriental, yakni pengamatan secara mendalam atas dunia di sekitar kita; (3) ilummasi, yang dimaksudnya sebagai peningkatan kreativitas; (4) verifikasi, tentang bagaimana suatu karya akan diterima oleh masyarakat; (5) manajemen, yang bagi Dwi Koen ditekankan kepada manajemen waktu dan manajemen suasana hati atau mood, yang dalam hal dirinya dapat direkayasa melalui musik.
Baca Juga: Yuk, Berkenalan Dengan El Rey Magnum, Seekor Kuda yang Mirip Seperti Kuda Dalam Kartun Disney
("Seniman 'kan suka bilang 'lagi enggak mood", sehingga kerja terbengkalai," jelasnya), dan (6) konsistensi, karena keyakinan untuk tetap bertahan sangat diperlukan, kalau mau terus.
"Yang terakhtr ini saya dapatkan dari almarhum Pak Oyong," katanya, memberi kredit salah seorang pendiri Kelompok Kompas Gramedia tersebut. "dan memang benar, kalau lidak bagaimana Panji Koming bisa bertahan selama 28 tahun? lngat, sampai sekarang pun saya masih mengerjakannya di sela-sela pekerjaan lain."
Mudah-mudahan menjadi lebih jelas sekarang, bahwa kontribusi seorang kartunis bukanlah sekadar membuat orang lain cengengesan, melainkan bermakna penting dalam berlangsungnya kebudayaan – kehidupan kita-kita juga!.
Baca Juga: Anda Penyuka Kartun Popeye dan Olive? Inilah Sweethaven Village, Desa Popeye di Kehidupan Nyata
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR