Advertorial
Intisari-Online.com - Pompeii adalah bagian penting dari Kekaisaran Romawi, sebuah kota kunci yang dilanda lava cair ketika Gunung Vesuvius meletus pada tahun 79 M.
Lelehan lava itu kemudian menyelimuti gedung-gedung dan 'membekukan' seisinya.
Meskipun bencana membuat kota itu mati, sekarang Pompeii menjadi tujuan wisata yang ramai dan penuh dengan penggemar sejarah serta arkeolog.
Semua orang, mulai dari anak-anak sekolah hingga kelompok lanjut usia, berjalan dengan hati-hati melintasi bebatuan situs.
Sementara pemandu yang berpengetahuan luas menjelaskan bagaimana dan mengapa Pompeii menjadi mangsa gunung berapi.
Lebih dari tiga juta orang melakukan perjalanan ke Pompeii setiap tahun, ingin mempelajari semua tentang keanehan Alam, dan bagaimana Pompeii terkubur.
Pariwisata ini memberi masukan kepada pemerintah Italia, yang pada gilirannya memastikan bahwa situs tersebut tetap dalam kondisi baik, dan menjadi tujuan Warisan Dunia yang berharga.
Sayangnya, Pompeii juga menjadi sasaran bencana yang berbeda buatan manusia.
Pada abada ke-20, kota di selatan Napoli ini menjadi rentan terhadap bom Sekutu selama Perang Dunia II, ketika pemimpin Italia, Benito Mussolini, disejajarkan dengan Adolf Hitler dari Jerman.
Bom itu rentan meledak dan Pompeii dijatuhi 165 bom raksasa dari atas oleh Inggris dan Amerika.
Dilansir dari War History Online, Senin (15/8/2019), sekarang, para arkeolog merekomendasikan agar Pompeii dipindai dengan hati-hati untuk menemukan sisa-sisa bom yang tidak meledak.
Menurut beberapa ahli ada sekitar 10 bom yang tidak meledak dan bisa membahayakan situs bersejarah yang berharga itu.
Selam musim panas tahun 1943 bom terkonsentrasi di Pompeii, tetapi pada tahun-tahun setelah perang, banyak yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menyebar dan menggalis bom yang masih ada di lokasi.
Tetapi Alessandro Pintucci, presiden Konfederasi Arkeolog Italia, percaya masih banyak yang harus dilakukan.
Dalam sebuah wawancara dengan Il Fatto Quotidiano , sebuah surat kabar harian di Italia, dia mengatakan bahwa dia pikir situs tersebut sedang menghadapi risiko yang signifikan.
Penggalian paling canggih dilakukan sejak tahun 1950-an, yang dikenal sebagai: The Great Pompeii Project.
"Sebelum penggalian dapat dilakukan, kita harus bekerja dengan insinyur militer untuk membersihkan situs. Sebuah bom meledak 30 tahun yang lalu," katanya, yakni 44 tahun setelah perang usai.
"Dua tahun lalu," katanya kepada The Telegraph "kami menghabiskan dua bulan aktif memantau dan membersihkan Zona 5, di mana Proyek Great Pompeii berlangsung."
"Mungkin ada bom yang tidak meledak di bawah tanah di daerah yang belum (belum) digali," kata Osanna, direktur Taman Arkeologi Pompeii.
Namun, arkeolog itu dengan cepat menambahkan, tidak ada risiko apa pun untuk para wisatawan, pekerja dan penggali yang berbondong-bondong ke situs setiap hari.
Orang-orang itu dapat, dan harus, terus menikmati keindahan Pompeii, mengagumi sejarahnya, dan belajar tentang peristiwa yang terjadi berabad-abad yang lalu.
Baca Juga: Memilukan, Seorang Pria Tak Bersalah Digantung Kakinya Kemudian Dicambuki, Ini Kenyataan di Baliknya