Destry menambahkan, Indonesia perlu memperluas pasar ekspor yang selama ini masih terfokus pada satu kawa sana atau negara.
Istilahnya dari konvensional menjadi non konvensional.
"Yang mungkin merambah ke negara-negara di luar negara majority trade partner selama ini lah. Makanya kita coba di middle east, di Afrika," sebutnya.
"Memang ada masalah logistik, transportasi, karena itu jauh, tapi tentunya dengan harapan, efisiensi makin tercipta di domestik, masalah transportation cost bisa di-manage," sambungnya.
Baca Juga: 9 Rahasia Mengapa Wanita Jepang Tetap Langsing dan Awet Muda, Salah Satunya Berlatih Seni Bela Diri!
Diberitakan sebelumnya, AS-China memang telah kembali melakukan pembicaraan terkait perang dagang.
Namun, keduanya sepakat keputusan masih bersifat konstruktif, alias belum ada indikasi serius apakah perang dagang akan berakhir dalam waktu dekat atau tidak.
"Pembicaraan itu bersifat jujur, efisien, dan konstruktif," kata pihak Kementerian Perdagangan China, seperti dikutip dari CNN, pekan lalu.
Selain itu, ada sedikit kemajuan dari kedua negara.
Baca Juga: Awas Sering Begadang Bisa Sebabkan Banyak Masalah Kesehatan, Termasuk Obesitas dan Serangan Jantung
Dalam pertemuan tersebut, kedua negara membahas tentang kemampuan China untuk membeli produk pertanian dari Negeri Paman Sam.
Tak hanya Kemendag China, Gedung Putih juga menyebut perang dagang saat ini masih bersifat konstruktif.
Pun pemerintah China berkomitmen bakal membeli produk pertanian AS.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perang Dagang Belum Usai, Ini Dampaknya bagi Indonesia"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR