Menurut Ani, 'budaya' tunangan itu pertama kali di keluarganya. Sepertinya sang ayah sangat menyukai hubungan Ani dan SBY sehingga mengkhawatirkan kepergian ke Seoul akan merenggangkan hubungan keduanya.
Baca Juga: Semasa Hidup, Ani Yudhoyono Ikhlas Hadapi Kanker, Kebahagiaan Dapat Dicapai dari Tulus Ikhlas
Tahun itu, SBY wisuda dengan predikat lulusan terbaik AKABRI, mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infanteri dan setelah itu bertugas ke Bandung.
Sehingga Ani pergi ke Seoul, SBY ke Bandung.
Ani mengaku saat berpisah, ia sempat menangis.
Ada hal yang dikenang Ani ketika ia hendak berangkat ke Seoul.
Dalam buku itu tertulis, "Dia berjanji akan memapankan diri agar bisa memperistri aku sesegera mungkin. Bagiku itu adalah sebuah janji yang sangat indah."
Sampai di Seoul, ada banyak hal yang dikagumi Ani dari bangsa Korea Selatan. Ia mengatakan mereka bangsa yang tangguh, pekerja keras, dan gotong royong.
Ani juga mengatakan meskipun alamnya sangat indah, tapi kondisi tanahnya tak seperti Indonesia, tanah di Seoul tidak terlalu subur.
Apalagi jika musim panas, di mana mereka berjuang menyuburkan tanah, sementara musim dingin, tanah tak bisa ditanami.
Namun kecewa harus mengihnggapi hatinya, ia tak bisa menemukan kampus yang mengajarkan dengan bahasa Inggris.
Baca Juga: Ani Yudhoyono dan RA Kartini, Dua Sosok Wanita Bangsa yang Sama-sama Suka Fotografi
"Semua menggunakan bahasa Korea. Aku jelas tidak berani. Kuliah kedokteran sangat mustahil ditekuni dalam bahasa yang benar-benar tidak bisa dimengerti," tutur Ani.
"Kalau bahasa Inggris, walau saat itu aku belum jago-jago amat, tapi jelas masih bisa diraba. Sedangkan bahasa Korea? Satu kalimat pun aku belum bisa menguasai.'
Dengan berat akhirnya satu keputusan dibuat, Ani berhenti kuliah.
Namun ia tak berlarut-larut sedih, sang ayah mengatakan belum menutup kemungkinan untuk melanjutkan kuliah di Jakarta.
Memang Ani memiliki sikap optimis, ia memanfaatkan waktu di kala putus kuliahnya tersebut dengan mempelajari ilmu lain.
Ia mendaftar kursus bahasa Korea danmempelajari budaya di sana.
Penulis | : | Nieko Octavi Septiana |
Editor | : | Nieko Octavi Septiana |
KOMENTAR