Yang jelas, ketajaman daya pikirnya sudah nampak dari hobinya, membaca buku filsafat, atau dari film kegemarannya, Dr.Zhivago dan Kramer vs Kramer.
Begitu berita pertunangannya dengan Putra Mahkota Naruhito tersebar ke seluruh dunia, datang pula ucapan selamat dari mana-mana, termasuk surat dari Prof. Heffrey D. Sachc, pembimbingnya di Universitas Harvard yarig dimuat Mainichi Shimbun, antara lain,
"Kami belum lupa akan pendapat-pendapat Anda yang cemerlang. Bekas kawan-kawan sekelas juga masih ingat kebaikan dan keramahan Anda ketika masih sekelompok dengan mereka dalam penulisan tesis di ruang komputer .....Waktu itu pun kami sudah menduga Anda pribadi, juga keluarga Anda tentunya, akan melakukan sesuatu yang membuat Jepang bangga. Maka kami tak terkejut, ketika mendengar berita baik ini."
Itu bukan basa-basi belaka. Judul tesis yang ditulis calon permaisuri kaisar Jepang ini adalah Penyesuaian Hubungan Luar Negeri Terhadap Shock Nilai Impor Bahan Bakar dalam Perdagangan Jepang. la lulus dengan magna cum laude.
Baca Juga : Ubasute, Tradisi Kuno Masyarakat Jepang dengan Membuang Orangtua di Hutan untuk Dibiarkan Mati
Walaupun demikian, Masako rupanya penganut filsafat padi. Pedomannya, “Pakailah ilmu sedemikian rupa, sehingga kita makin berisi makin merunduk".
Selepas dari Harvard, tahun 1986 ia pulang ke Jepang. Agaknya Masako pulang dengan gambaran jelas akan apa yang dikejarnya. Agar dapat jadi diplomat, ia ikuti program pendidikan hukum di Departemen Ilmu Politik Universitds Tokyo.
Tanggal 6 Oktober tahun itu juga ia lulus ujian negara. Padahal ujian saringan untuk jadi diplomat terkenal amat sulit.
Pada bulan yang sama, terjadi juga peristiwa "bersejarah" lain yang telah sering muncul di media massa.
Untuk pertama kalinya ia berkenalan dengan Pangeran Naruhito di konser untuk menghormati Putri Elena dari Spanyol. Konser ltu diadakan di Istana Togu.
Pangeran Naruhito yang ketika itu menjadi tuan rumah, amat terkesan pada Masako.
"Ia teman ngobrol yang amat menyenangkan. (Waktu itu) Saya amat terkesan. Walaupun sangat moderat, ia tegas dalam mengutarakan pendapat. Ia juga cerdas. Dalam perbincangan pun rasanya kami cocok. Perasaan itu terus tinggal dalam hati saya.”
Sering pulang pagi
Tapi bagaimana kesan pertama Masako tentang Pangeran Naruhito? "Saya amat tegang ketika pertama kali menyalami beliau. Namun ternyata kami dapat mengobrol dengan enak. Di luar dugaan, kami menemukan kecocokan. Ternyata Pangeran orang yang terbuka dan penuh perhatian."
Baca Juga : Dipercaya Dapat Usir Roh Jahat, Inilah Festival 'Buat Anak Menangis' Jepang yang Berusia 400 Tahun
Kabarnya, sejak itu sampai selama setahun, Pangeran terus mendekati Masako. Lucunya, menurut sumber resmi istana, sejak berkenalan sampai pertunangan diresmikan mereka hanya 5 kali berkencan.
Tahun 1987 Masako diterima menjadi staf deplu. Hanya beberapa lama setelah itu ia diserahi tugas mengurusi masalah lingkungan. Menurut salah seorang mantan rekan kerjanya, “Hari kedua ia bekerja di divisi kami, Masako melembur semalaman."
Setelah itu pun beberapa kali dalam seminggu, Masako biasa pulang pagi! Dalam perundingan tentang masalah lingkungan pun, pekerja keras ini terkenal ulet memperjuangkan tujuannya.
Pendekatan Pangeran tersendat kala Masako dipindahtugaskan ke London, pertengahan 1988. Namun bukan cuma karena itu mereka putus hubungan. Pihak Kunaicho (Dewan Rumah Tangga Istana) tak setuju pada pilihan Pangeran meski tak pernah ada penjelasan resmi.
Baca Juga : Akan Dapat Libur 10 Hari, Penduduk Jepang Justru Tidak Bahagia
Yang jelas Masako dikhawatirkan kurang cocok menjadi permaisuri. Mungkin karena latar belakangnya yang sudah kurang tradisional? Mungkin karena sikap kemandiriannya yang, nyata benar? Entahlah.
Tentang ini, dengan gaya bahasa yang amat halus, Naruhito menjelaskannya.
"Memang waktu itu ada sedikit masalah, sehingga saya diminta untuk lebih bijaksana. Tak bisa tidak, hubungan kami untuk sementara putus. Masako pun ketika itu sedang dalam masa pelatihan dan ia ingin menjadi diplomat. Belum lagi begitu banyak wartawan yang memburu-buru kami, sehingga kami tak berkesempatan membicarakan masalah kami dengan tenang dan nyaman."
"Kala itu," lanjut Naruhito, " terus terang, saya, terus memikirkan Masako. Dengan sepenuh hati saya memohon kepada Kunaicho untuk bersabar. Biarpun ngotot dengan perasaan sendiri, saya toh tak dapat mengabaikan begitu saja saran dari orang-orang di sekitar saya. Maka ketika (akhirnya) tahuh lalu mereka sepakat bahwa Masako memenuhi syarat untuk menjadi pendamping saya, betapa bahagianya!"
Baca Juga : Bangga dengan Makanan Indonesia, Duta Besar Jepang Ini Sering Pamerkan Beragam Masakan Indonesia
Pihak istana melakukan pendekatan terhadap keluarga Owada, sekitar awal tahun lalu. The Japan Times mengungkapkan, setelah 5 tahun tak bertemu, baru Agustus tahun lalu, Pangeran berhasil berjumpa lagi dengan Masako ketika ditanya, bagaimana perasaannya waktu itu, Masako mengatakan, "Karena tahu bagaimaha perasaan Pangeran, saya sangat gundah."'
"Burung bangau" Pangeran
Jadi apa yang membuat Masako tertarik pada Naruhito? “Beliau sabar, ulet, dan pemberani." Yang terakhir ini mungkin erat kaitannya dengan perjuangan Pangeran untuk meyakinkan pihak Kunaicho.
Selain itu, "Walaupun sedang dalam kesulitan, Pangeran akan selalu mendahulukan orang lain. Hatinya lapang, pergaulannya luas. .. Mungkin ini kurang sopan, tapi (menurut saya) beliau telah terbentuk menjadi manusia seutuhnya."
Kemudian pertanyaan "klasik" muncul juga, "Berapa jumlah anak yang diinginkan?" Lucunya, Pangeran mempersilakan Masako menjawab dengan berkata, "Bagaimana kalau 'burung bangau' saya percayai untuk menjawab?"
Baca Juga : Ini Alasan Orangtua di Jepang Tak Mau Unggah Foto Anaknya di Medsos
Menurut kedua orang tuanya, Masako yang gemar musik klasik dan jazz ini periang dan suka bercanda. Walaupun masih sering malu-malu, sifat humorisnya muncul juga.
Buktinya ia menyambung, "Sebenarnya kami sudah merundingkan soal ini, tapi tak berhasil menemukan jawaban .... Hanya satu larangan dari Putra Mahkota. Walaupun beliau penggemar berat musik, jangan sampai saya menyebutkan jumlah anak di mana dengan satu keluarga kami dapat membuat satu orkestra."
Ada satu hal lagi yang ingin dan dapat dikerjakan Masako sejak sekarang. “Dulu saya pernah iseng-iseng belajar memasak. Sekarang saya akan sedikit demi sedikit belajar dengan serius,” demikian janjinya.
Kalau yang mengatakannya seorang Masako, mungkin Pangeran boleh berharap banyak.
Baca Juga : Fakta Memilukan di Balik Seorang Wanita 94 Tahun yang Memegang Baju Tentara Jepang Setiap Menjelang Tidur
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR