Advertorial

Kisah Kekaisaran Jepang yang Sarat dengan Tradisi, Saat Lahir Sudah Harus Dipisahkan dari Orangtuanya

K. Tatik Wardayati
,
Ade S

Tim Redaksi

Kekaisaran Jepang penuh dengan berbagai tradisi yang harus diikuti oleh para Kaisar dan keturunannya.
Kekaisaran Jepang penuh dengan berbagai tradisi yang harus diikuti oleh para Kaisar dan keturunannya.

Intisari-Online.com – Mari kita mengenal siapa Kekaisaran Jepang melalui kisah cinta Kaisar Hirohito dan Kaisar Akihito yang baru saja turun tahta digantikan oleh Putra Mahkotanya.

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1988 dengan judul asli Kisah Cinta Hirohito dan Akihito

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942 – 1945), hari ulang tahun Kaisar Hirohito selalu diperingati dengan perayaan besar.

Hinomaru (bendera Jepang) dikerek dan hadirin melakukan sei-keirei (membungkuk 90 derajat) ke arah timur laut (tempat istana kaisar di Tokyo) seraya berseru: Tenno Heika... Banzai! Banzai! Banzai! (Hidup Putra Langit! Hidup! Hidup!)

Baca Juga : Akihito Turun Takhta: Fakta Kehidupan 'Sakral' Kaisar Jepang, Satu-satunya Raja di Dunia yang Masih Bergelar Kaisar

Kita boleh tidak percaya bahwa Hirohito itu Putra Langit, tetapi orang Jepang apalagi di masa lalu, banyak yang yakin itu.

Kaisar terdahulu sebelum Akihito adalah Hirohito, yang lahir pada tahun 1901, pada masa pemerintahan kakeknya, Kaisar Meiji, yang terkenal progresif.

Kaisar Hirohito yang mengawini Nagako dan menjadikannya permaisuri, pada tanggal 27 September 1923.

Nagako mula-mula melahirkan seorang putri, Terunomiya, lalu seorang putri lagi, Takonomiya. Baru berumur beberapa bulan, Tako meninggal.

Baca Juga : Mengenal Pangeran Hisahito, Pangeran Berusia 12 Tahun yang Kelak Akan Menjadi Kaisar Jepang

Kaisar sangat menyesal. Kalau saja mereka boleh meminta pengobatan cara Barat, mungkin putrinya itu tertolong. Saat itu ilmu kedokteran Barat masih tabu buat kaisar dan keluarganya.

Anak ketiga ternyata seorang putri lagi, Yorinomiya. Pangeran Kuni, ayah Nagako, sangat sedih, karena putrinya tidak bisa memberikan anak laki-laki sebagai pewaris tahta.

Kalangan istana mulai gelisah. Mereka ingat bahwa sebelum meninggal Pangeran Yamagata pernah melemparkan sesuatu kepada Nagako. Mereka yakin itulah yang menyebabkan Nagako tidak mampu melahirkan bayi laki-laki.

Seorang pejabat istana, Koken Tanaka, yang tidak begitu setuju akan hubungan Hirohito dengan Nagako, lantas berusaha meyakinkan kaisar agar beristri lagi.

Baca Juga : Kisah Kaisar Jepang dari Perang Dunia II Hingga Menyebut Dirinya Makhluk Fana

Kaisar Jepang memang biasa mempunyai banyak istri. Namun, Hirohito menolak. Ia setia kepada istrinya.

Tanaka merasa dinasti terancam, jadi diam-diam dianjurkannya para dayang memikat hati kaisar. Itu pun tidak mempan. Terpaksa diajukan tiga calon secara terang-terangan.

Lama-kelamaan Nagako tahu juga adanya intrik-intrik dalam istana. Ia merasa risau. Suatu kali kaisar bertanya, mengapa permaisuri tampak murung.

Mula-mula Nagako tidak mau mengaku, tetapi ketika akhirnya ia menjelaskan juga, kaisar menjawab agar ia jangan gundah. Kaisar mempunyai tiga saudara laki-laki yang bisa menggantikannya naik tahta.

Baca Juga : Ini 3 Benda Pusaka 'Sakral' yang Diwariskan Turun-temurun pada Kaisar Jepang, Konon Pendeta Tidak Bisa Melihatnya

Pada bulan Desember 1933 lahirlah seorang putra yang sudah lama dinanti-nantikan. Putra makota itu diberi nama Akihito.

Hirohito dan Nagako ingin mengasuh anak-anak mereka sendiri. Bahkan Akihito disusui sendiri oleh Nagako, sehingga menimbulkan kegemparan. Biasanya orang-orang kalangan atas membiarkan anaknya disusui orang lain.

Namun, pada umur tiga tahun Akihito direnggut juga dari orang tuanya oleh tradisi. Kaisar dan permaisuri sebetulnya meminta penundaan. Penundaan yang cuma tiga bulan itu berlangsung begitu cepat.

Akihito bukan cuma dipisahkan dari orang tuanya, tetapi juga dari teman sebaya. la dididik oleh guru-guru khusus.

Baca Juga : Era Baru Jepang, Putra Mahkota Naruhito Resmi Jadi Kaisar Jepang!

Kalah melawan tradisi

Saat itu Akihito sudah mempunyai seorang adik laki-laki, yaitu Pangeran Hitachi atau Matsuhito. Kemudian kaisar mempunyai seorang putri lagi, Suga.

Dari keenam anak kaisar itu, yang sulung kini sudah memnggal. Yang kedua menjadi pendeta Shinto setelah suaminya meninggal. Yang ketiga bersuamikan seorang bankir dan yang bungsu menikah dengan seorang karyawan biasa (kini jadi pengusaha).

Pangeran Hitachi menikah dengan bekas seorang wartawan amatir. Gadis itu, Hanaku Tsugaru, dipilih dari dua ribu calon yang disaring oleh kepala rumah tangga istana.

Baca Juga : Temui Askia Mohammad I, Kaisar dan Pimpinan Militer yang Gulingkan Dinasti Sunni

Pada masa Pangeran Hitachi masih kecil, ia juga diambil dari orang tuanya. Kaisar dan permaisuri mengharapkan ia bisa belajar bersama-sama dengan kakaknya yang dua tahun lebih tua, tetapi menurut tradisi, putra makota tidak boleh bergaul dengan orang lain, juga dengan adiknya.

Tradisi juga cuma mengizinkan putra makota bertemu sekali-sekali saja dengan orang tuanya. Kadang-kadang pada waktu yang sudah ditentukan Akihito tidak muncul, sehingga orang tuanya yang sudah menunggu-nunggu menjadi kecewa. Kaisar tidak berdaya menghadapi tradisi.

Kemudian tokoh-tokoh militer yang berkuasa membawa Jepang ke kancah peperangan. Ketika Jepang sudah porak-poranda bulan Agustus 1945, banyak tokoh militer ingin mcneruskan perang sampai habis-habisan.

Maklumlah selama sejarah Jepang yang lebih dari 25 abad itu, mereka belum pernah dijajah. Kalah perang merupakan aib yang tidak tertanggungkan.

Baca Juga : Dipercaya Dapat Usir Roh Jahat, Inilah Festival 'Buat Anak Menangis' Jepang yang Berusia 400 Tahun

Namun, kaisar yang melihat pendentaan rakyatnya memutuskan untuk takluk kepada Sekutu, demi kesejahteraan rakyatnya.

Jadi, tanggal 15 Agustus 1945, untuk pertama kalinya rakyat Jepang mendengar suara kaisar mereka lewat radio, ia meminta mereka mengakhiri perang dan mereka pun membungkuk sambil berseru, "Tenno Heika ... Banzai!'

Sementara itu banyak tokoh militer melakukan bunuh diri. Itu pun sambil menyerukan Tenno Heika ... Banzai!

Kaisar tinggal di perpustakaan

Walaupun Jepang sudah menyatakan takluk, baru dua minggu kemudian tentara Amerika berani menginjakkan kakinya di Negara Matahari Terbit itu, sebab keganasan orang Jepang sudah mereka rasakan dalam perang di Pasifik.

Baca Juga : Akan Dapat Libur 10 Hari, Penduduk Jepang Justru Tidak Bahagia

Namun, Jenderal MacArthur, panglima tertinggi Angkatan Perang Sekutu di Pasifik, yakin rakyat Jepang tidak akan membangkang pada penntah kaisarnya.

"Kaisar sudah menyuruh mereka meletakkan senjata. Mereka pasti patuh, sebab ia itu dewa."

MacArthur tahu, sebab ketika berperang melawan mereka, ia mempelajari sejarah, kebudayaan, cara berpikir dan cara hidup mereka.

Walaupun MacArthur didesak oleh Amerika maupun Rusia untuk menghukum Hirohito, ia tidak mau.

Di luar Jepang banyak orang meremehkan Hirohito yang bertubuh kecil, bermata cadok dan berjalan seperti Charlie Chaplin ltu. La dianggap cuma sekadar boneka yang tidak berdaya, MacArthur berpendapat lain.

Kalau Hirohito dihukum, akan terjadi kekacauan, sebab bagi Jepang menyelamatkan muka itu penting, katanya. Maka itu jangankan menghukum, memanggil Hirohito untuk datang ke hadapannya pun tidak dilakukannya.

Baca Juga : Bangga dengan Makanan Indonesia, Duta Besar Jepang Ini Sering Pamerkan Beragam Masakan Indonesia

Cuma harta Htrohito saja (sebesar 0,25 juta dolar) disita dan status kedewaannya dicopot.

Ternyata ketika MacArthur memperlakukan rakyat dan tentara Jepang dengan baik, Hirohito datang kepadanya di Kedubes AS untuk menyatakan terima kasih, padahal sejak menjadi kaisar ia tidak pernah keluar dan halaman istananya (± 140 ha).

Rusia pun mengira Hirohito digiring dengan bayonet. MacArthur sampai terkesan sekali dan menyebut Hirohito "Gentleman nomor satu di Jepang".

Di masa perang, Hirohito ikut prihatin dengan rakyatnya. Ia cuma makan bubur sederhana. Seusai perang, ia menolak istananya yang hancur untuk dipugar.

Ia tinggal di perpustakaan istana sampai rakyat Jepang makmur. Pada tahun 60-an, barulah kediamannya dibangun kembali.

Baca Juga : Ini Alasan Orangtua di Jepang Tak Mau Unggah Foto Anaknya di Medsos

Hatinya memang dekat pada rakyat, walaupun antara dia dan mereka hampir tidak pernah ada hubungan langsung.

Dijepret dengan biji pachinko

Hirohito dijuluki sebagai kaisar yang paling monogamis di dunia. Begitu akurnya ia dengan istrmya, di saat-saat senang maupun susah. Setelah Jepang takluk, Hirohito murung. Nagako diam-diam saja di sampingnya. Mulutnya terkatup tetapi hatinya menghibur.

Setelah perang, kaisar Jepang yang sejak dulu tidak berkuasa absolut malah bisa hidup lebih bebas. Anak-anaknya pun demikian. Sedikitnya setanun sekali rakyat bisa menatap wajah mereka di balkon istana, yaitu pada saat tahun baru.

Sejak tahun 1976, balkon itu ditutup dengan kaca, sebab pada tahun baru 1975 ada anak muda yang menjepret kaisar dengan biji pachinko (biji dari alat permainan ketangkasan yang di Indonesia pun dikenal).

Baca Juga : Perjaka dan Perawan Semakin 'Menumpuk', Masa Depan Jepang Semakin Mengkhawatirkan

Namun, kebanyakan orang Jepang masih sangat hormat kepada kaisarnya.

Kebebasan bagi keluarga kaisar besar artinya bagi kebahagiaan mereka. Jelas bahwa Pangeran Makota Akihito tidak mungkin menikah dengan gadis pujaannya kalau mereka masih terkungkung tradisi sekukuh di masa lalu.

Sayang, kurang jangkung!

Menjelang akhir tahun 50-an di dekat Kedutaan Besar Indonesia di Nakamaru, Tokyo, tinggallah Hidesaburo Shoda dengan istrinya, Fumiko, dan keempat anak mereka. Hidesaburo Shoda iru pemilik Nisshin Flour Milling Co. yang ia warisi dari ayahnya.

Sebagai orang kaya, la memiliki vila di daerah peristirahatan Karuizawa. Pada suatu hari di tahun 1951, Putra Makota Akihito berada di lapangan tenis di Karuizawa. Ia ingin main, tetapi semua orang enggan melawannya, kecuali putri Hidesaburo Shoda yang bernama Michiko.

Baca Juga : Ainu, Suku Asli Jepang nan Misterius, Hidup dalam Persembunyian dengan Bahasa yang Tak Dikenal di Bumi

Saat ltu Michiko berumur 22 tahun. Orangnya lembut dan sopan. la sama sekali tidak agresif. Tindak tanduk dan tutur katanya memberi kesan bahwa ia mendapat pendidikan baik-baik.

Michiko memang didikan Tokyo's Sacred Heart School yang dikelola para biarawati Katolik. Sejak kecil ia terkenal pandai. Seperti ibunya, ia juga senang main piano.

Rupanya putra makota langsung terpikat. Michiko sebenarnya pernah naksir orang lain. Namun, diplomat itu sudah pergi ke luar negeri dan rupanya menganggap Michiko sebagai anak kecil.

Sebelumnya Michiko pernah diperkenalkan kepada putra seorang presiden direktur perusahaan sabun, tetapi menurut pemuda itu Michiko terlalu "dingin", sehingga ia mundur.

Sebetulnya, sebelum bermain tenis dengan putra makota, Michiko pernah melihat Akihito beberapa kali di Karuizawa. Paman Michiko (tiga pamannya tokoh perguruan tinggi) pernah menggoda, "Bagaimana pendapatmu tentang putra makota?"

Baca Juga : Terkenal Sangat Disipilin, Ternyata Seperti Inilah Cara Orang Jepang Mendidik Anaknya

Michiko dengan bergurau menjawab, "Kalau ia lebih jangkung, mungkin saya jatuh cinta." Soalnya, Michiko cukup jangkung buat ukuran orang Jepang.

Sejak bulan Agustus 1957 itu Akihito mabuk kepayang. Orang yang pertama kali menyadarinya ialah guru pribadi pangeran, Dr, Shinzo Koizumi.

Koizumi itu berpikiran liberal, ia berpendapat, ada baiknya putra makota menikah dengan orang biasa, supaya bisa menyelami keadaan rakyat. Tampaknya kepribadian Michiko memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

Kemudian pangeran membuat beberapa foto Michiko untuk diperlihatkan kepada orang tuanya. Sementara itu di luar tunbul desas-desus yang semakin santer. Michiko menjadi risau.

Baca Juga : Kisah Bayi Terkecil di Dunia Asal Jepang, Hanya Seukuran Telapak Tangan Orang Dewasa!

Ia tidak yakin bahwa ia dan Akihito bisa mengikat pernikahan dan kalaupun bisa, ia tidak yakin apakah hal itu biaksana. Tidaklah sebaiknya kita menjadi kawan baik saja? tanyanya pada Akihito. Namun, Akihito ingin lebih dan ltu.

Diancam

Tentu saja para bangsawan yang mengharapkan putrinya dipersuntmg oleh putra makota merasa kurang senang. Mereka juga merasa terhina, sebab putri-putri mereka yang berdarah biru dilampaui begitu saja demi seorang gadis keturunan orang biasa.

Mereka menganggap keluarga Shoda tidak tahu diri. Bahkan ada yang mengancam akan membunuh-bunuhi keluarga yang anak gadisnya diincar putra mahkota itu.

Penyelidikan oleh pihak istana terhadap Michiko Shoda rupanya membuahkan hasil baik.

Baca Juga : Biasa Tumbuh Subur di Mojokerto, Siapa Sangka Tanaman Ini Adalah Rahasia Awet Muda para Samurai Jepang

Para wartawan tidak mau kalah dalam hal menyelidiki calon menantu kaisar. Kamar-kamar di gedung bertingkat dekat Kedubes Indonesia yang berdekatan dengan rumah keluarga Shoda mereka sewa.

Dan jendela mereka mengarahkan lensa tele dan teropong. Rupanya mereka juga tidak menemukan cacat cela pada gadis ltu.

Begitulah, pertunangan antara Putra Makota Akihito dan Michiko Shoda yang lahir 20 Oktober 1934 ltu diumumkan.

Tanggal 10 April 1959 berita permkahan mereka mendapat tempat di halaman depan koran- koran seluruh dunia. Michiko memberi tiga orang anak kepada Akihito, yaitu Pangeran Hiro (kini 28 tahun, pernah dua tahun belajar di Inggris), Pangeran Aya (kini 22 tahun, belajar bahasa Cina di Universitas Gakushuia di Jepang) dan Putri Nori yang bungsu.

Baca Juga : Sangat Terobsesi pada Ketepatan Waktu, Begini Asal Muasal Kebiasaan Itu di Jepang

Beberapa tahun setelah menikah, mereka menjadi tamu Presiden Soekarno di Indonesia. Seperti ayahnya, ia juga senang biologi, terutama ikan. Menurut orang-orang yang bertemu dengannya saat ltu, Pangeran Akihito sikapnya kaku.

Zaman sudah berubah. Pangeran boleh memasukkan anak-anaknya ke sekolah biasa. Mereka memkmati kebebasan yang lebih besar daripada yang ia rasakan.

Tak boleh makan ikan buntal

Bahkan kaisar pun lebih bebas. Lima puluh tahun setelah kunjungannya yang pertama ke Eropa, Kaisar Hirohito berkunjung lagi pada tahun 1971. Di Istana Buckingham di Inggris, di Istana Elysee di Pans dan di istana raja Belgia, Hirohito dan Nagako disambut dengan kehormatan besar.

Baca Juga : Dianggap Mematikan, Ikan Buntal akan Picu Efek Ini pada Tubuh Orang yang Nekat Memakannya

Mereka bahkan pergi ke Amenka. Selain pergi ke Gedung Putih, mereka juga mengunjungi Disneyland. Pada kesempatan ltu kaisar diben hadiah arloji Miki Tikus. Konon pernah ada orang yang melihat kaisar memakai arloji itu, sehingga Disneyland cepat-cepat mengiriminya sebuah lagi.

Pada dasarnya Hirohito itu orang yang sederhana. Kamarnya sederhana, pakaiannya sederhana (pakaian butut pun ia pakai terus kalau la di rumah), makannya pun sederhana. Ia akan makanan Jepang, Cina dan Eropa berganti-ganti. la tidak pernah rewel.

Diberi sardencis pun (lkan murah), ia makan. Cuma kalau dihidangkan belut panggang makannya lebih bernafsu. Kaisar Jepang tidak boleh makan ikan buntal yang dianggap sangat nikmat oleh orang Jepang itu. Soalnya, kadang-kadang ada orang yang mati gara-gara racunnya.

Akan menjadi kaisar yang bagaimana Akihito kelak? Konon ia menyukai monarki seperti Inggris, yang rajanya populer tetapi tidak berkuasa. Sejak tahun 1947 Jepang memakai monarki konstitusional.

Baca Juga : Monarki Inggris Memang Kaya Raya, tapi Kekayaan Keluarga Kerajaan Arab Saudi 16 Kali Lipatnya

Yang jelas pihak sayap kiri maupun kanan di Jepang akan berusaha memaksakan agenda mereka untuk menguatkan ataupun melemahkan peranan kaisar.

Artikel Terkait