Peneliti AMEX Dr Nan Tian menjelaskan Beijing selalu menaikkan pembelanjaan militernya selama 24 tahun berturut-turut.
"Anggaran militer mereka pada 2018 10 kali lebih banyak daripada 1994," terang Tian.
Jika ditelisik lebih jauh, sejak 2013 China telah menganggarkan sekitar 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP) untuk memperkuat angkatan bersenjata mereka.
Jika AS dan China mengalami kenaikan, nasib berbeda justru ditunjukkan negara kuat dunia lainnya, Rusia, yang pengeluarannya terjun 3,5 persen dibanding 2017.
Tahun lalu, Moskwa "hanya" menganggarkan 61,4 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 871,8 triliun, dan harus berada di peringkat enam dunia menurut SIPRI.
Sanksi ekonomi yang dijatuhkan negara Barat kepada Rusia buntut konflik dengan Ukraina pada 2014 menghantam kemampuan Kremlin belanja militer.
Adapun total pengeluaran militer negara di seluruh dunia pada 2018 juga mengalami kenaikan hingga 2,6 persen menjadi 1,8 triliun dollar AS, atau Rp 25.560 triliun.
"Pengeluaran militer dunia saat ini sudah mengalami kenaikan hingga 76 persen jika dibandingkan dengan era setelah Perang Dingin yang terjadi 1998," terang Tian.
Bagaimana Indonesia?
Berdasarkan data SIPRI yang dilihat Kompas.com, Jakarta menganggarkan sekitar Rp105,8 triliun untuk belanja militer pada tahun lalu. (Ardi Priyatno Utomo/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AS Habiskan Rp 9.200 Triliun untuk Militer pada 2018, Bagaimana Indonesia?"
Baca Juga : 'Susu' Kodok Ini Mampu Kurangi Tingkat Depresi Secara Signifikan dalam 4 Minggu
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR