Advertorial
Intisari-Online.com -Enam tahun yang lalu, tepatnya 13 April 2013, sejarah mencatat sebuah kasus kecelakaan.
Pesawat Lion Air JT 904 jenis Boeing 737-800 saat itu mengalami kecelakaan saat hendak mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Pesawat tersebut awalnya berangkat dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat tujuan Denpasar, Bali.
Sekitar pukul 15.10 Wita, pesawat Lion Air JT 904 Boeing 737-800 tersebut jatuh di laut saat akan mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, di sebelah barat runway.
Baca Juga : Momen Mengerikan Ketika Seorang Pesenam Mematahkan Kedua Kakinya Saat Kompetisi
Pesawat Lion Air JT 904 Boeing 737-800 yang dikendalikan oleh pilot Mahlup Ghazali dan Kopilot asal India Chirag Kalra, jatuh ke laut dan menyebabkan badan pesawat patah menjadi dua bagian.
Kecelakaan itu disebabkan oleh kelalaian manusia atau human error.
Pilot berhalusinasi melihat sebuah landasan sehingga ia mendaratkan pesawatnya, padahal landasan yang sebenarnya masih ada di depannya.
Dalam insiden itu, semua penumpang yang berjumlah 101 jiwa dan sejumlah kru pesawat lainnya dinyatakan selamat.
Baca Juga : Polisi Ancam Tembak Mati Debt Collector yang Rampas Paksa Kendaraan, Ini Tanggapan Adira Finance
1. Tiga Rekomendasi KNKT
Dilansir Kompas.com, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengeluarkan laporan sementara hasil investigasi jatuhnya pesawat Lion Air di Bali yang terjadi pada 13 April 2013 lalu.
Laporan yang dikeluarkan Selasa (14/5/2013) menyatakan pesawat mengarah ke landasan untuk mendarat saat cuaca hujan.
Kopilot sempat mengingatkan sampai dua kali bahwa ia tidak melihat landasan.
Kemudian, pilot mengambil alih kendali dan meminta percobaan pendaratan kedua kali.
Namun, dalam hitungan detik, pesawat yang membawa 108 penumpang dan kru itu jatuh ke perairan dangkal di ujung landasan.
Badan pesawat terbelah menjadi dua bagian. Namun, semua penumpang selamat.
KNKT tidak menjelaskan lebih rinci penyebab jatuhnya pesawat tersebut dalam laporan sementara itu.
Atas temuan tersebut, KNKT mengeluarkan tiga rekomendasi yang menitikberatkan pada langkah segera untuk meningkatkan perhatian terhadap aspek keselamatan penerbangan.
Pertama, Lion Air diminta memastikan telah memberikan pelatihan memadai bagi pilot-pilotnya.
Baca Juga : Mulai Sekarang, Peluklah Selalu Putra-Putri Anda Karena Itu Akan Bermanfaat Jangka Panjang dalam Hidupnya
Kedua, memastikan pilot menjalankan prosedur yang sesuai regulasi saat mengambil alih kendali pada waktu dan ketinggian kritis.
Ketiga, memastikan pilot tahu bagaimana merespons saat penglihatan terbatas dan pesawat sedang di posisi altitude atau ketinggian rendah.
2. Ganti Rugi
Dilansir Tribunnews.com, ganti rugi yang diberikan Lion Air pada korban pesawat jatuh di Bali pada 13 April 2013 adalah Rp 55 juta.
Adapun perincian uang santunan sebesar Rp 50 juta dan uang ganti rugi bagasi yang dibulatkan menjadi Rp 5 juta karena sesuai peraturan Kementerian Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011, maksimal penggantian uang bagasi sebesar Rp 4,6 juta.
Baca Juga : Di Desa Trunyan, Mayat-mayat 'Diletakkan Begitu Saja' di Bawah Pohon Menyan Tanpa Dikubur
Akan tetapi salah satu penumpang, Risa Suseanty, pembalap sepeda downhill saat itu menolak ganti rugi tersebut dengan alasan ia masih ingin memintai penjelasan dari pihak maskapai.
"Kedatangan saya untuk memenuhi undangan dari Lion Air. Tapi, justru saya mau tanya, tujuan dari pemberian uang ini apa?" kata Risa di lobi Arion Swiss Bellhotel, Jalan Otto Iskandardinata, Kota Bandung, Selasa (23/4/2013), lokasi penyerahan uang ganti rugi Lion Air.Risa tampak tersinggung dengan maksud dan tujuan dari pihak Lion Air dalam hal pemberian santunan tunai tersebut.
Menurutnya, kerugian yang diderita bukan hanya dari segi materiil, melainkan juga dari segi psikologis dan mental.
"Kerugian saya bukan dari sekadar materiil, tapi mental dan psikis saya juga. Kalau memang ada penggantian untuk bagasi yang hilang, banyak barang-barang saya yang memiliki sentimental value yang hilang dan rusak. Saya bukan jualan barang-barang bekas," ujarnya.
Baca Juga : 11 Tanda Orang Dengan EQ Lemah, Salah Satunya Mudah Tersinggung
Risa menambahkan, bukan penggantian berupa materi yang dibutuhkan olehnya, melainkan tanggung jawab dan kejelasan secara profesional dari Lion Air.
"Kalau perlu, saya yang bayar Rp 55 juta kepada pimpinan Lion Air, biar dia saya suruh naik pesawat terus jatuh di air. Uang Rp 55 juta itu kecil, berapa kali balapan saya bisa dapat. Tapi, bukan itu yang saya butuhkan," tuturnya.
3. Kondisi Pesawat
Pesawat, PK-LKS, sebuah Boeing 737-8GP, secara resmi dimiliki oleh Avolon Aerospace.
Pesawat baru diterima dari Boeing oleh anak perusahaan Lion Air, Malindo Air pada 21 Februari 2013.
Pesawat ini kemudian ditransfer ke induknya yaitu Lion Air pada 20 Maret 2013.
Pesawat ini baru digunakan kurang dari enam minggu oleh Lion Air sebelum mengalami kecelakaan di Bali.
Baca Juga : Perut Pria Ini Terus Membesar Layaknya Orang Hamil, Begitu Dia 'Melahirkan', Inilah yang Keluar
4. Pilot Dibebastugaskan
Pilot Lion Air JT 904 Boeing 737-800 Kapten Mahlup Gozali, dan juga Kopilot, Chirag Carla, yang gagal mendaratkan pesawat di Bandara Ngurah Rai, Sabtu (13/4/2013) dibebastugaskan Direktorat Perhubungan Udara.
Keduanya juga sudah diserahkan ke KNKT untuk menjalani proses investigasi.
"Betul pilot kita grounded sesuai standar SOP selama 2 minggu. Kalau berjalan lancar dia harus menjalani training lagi," ujar Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bakti saat konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Denpasar, Minggu (14/4/2013).
Demi proses setelah pembebastugasan itu, Dirjen Perhubungan Udara akan menyerahkan kembali keduanya kepada pihak maskapai penerbangan.
Baca Juga : Sering Jadi Menu Sahur, Makanan Ini Wajib Dihindari Jika Tak Ingin Terkena Leukimia Seperti Ani Yudhoyono
Berdasarkan keterangan dari Menhub E.E. Mangindaan saat itu, Pilot dan Kopilot dinilai memiliki track record atau pengalaman terbang yang baik.
Namun, hasil tes urine kedua pilot tersebut negatif dari konsumsi narkoba atau obat-obatan terlarang, termasuk alkohol.
5. Beredar Foto Ultraman
Beberapa saat setelah kejadian kecelakaan pesawat Lion Air di Bali, sempat beredar foto rekayasa yang menampilkan pesawat Lion Air yang mengapung di lepas pantai bersama pahlawan super Jepang, Ultraman.
Sejumlah pengguna BlackBerry mengecam pengguna BB lain yang memasang foto kecelakaan pesawat Lion Air di Bali yang direkayasa dengan memasukkan karakter pahlawan super Jepang, Ultraman.
"Guys, itu kecelakaan! Bukan bahan lelucon! Gak punya hati banget, ckckck!" tulis pesan pribadi seorang pengguna BB, Titis Rossnanda, pegawai swasta di Purwokerto, Sabtu (13/4/2013) sore, seperti dikutip Kompas.com.
Pengguna BlackBerry lain, Budi Nurcahyo, juga menuliskan pesan pribadi serupa.
"Jangan pernah membuat joke berdasarkan musibah," tulis Budi di pesan pribadi BB-nya.
Saat dihubungi, Budi menyayangkan pembuat foto editan itu dan orang-orang yang memasang foto tersebut sebagai gambar tampilan BlackBerry-nya.
"Seharusnya sebuah musibah tidak dijadikan lelucon. Coba kalau yang terkena musibah keluarga kita. Kita harus bisa menjaga perasaan dan suasana para keluarga korban, bukan malah memperkeruh suasana," kata wiraswasta asal Semarang itu.
6. Bangkai Pesawat
Bangkai pesawat Lion Air JT 904 Boeing 737-800 diangkat secara bertahap.
Bangkai pesawat Lion Air tersebut dipotong-potong menjadi beberapa bagian.
Selasa (16/4/2013), tim evakuasi berhasil mengangkat dan memindahkan bangkai kepala pesawat.
Kepala pesawat diangkat menggunakan crane setinggi 20 meter dari ujung landasan Bandara Ngurah Rai.
Setelah berhasil mengangkat kepala pesawat dari dalam air, tim evakuasi mengangkat bagian lainnya seperti sayap dan badan pesawat.
Baca Juga : Jangan Lagi Salah Pakai Celana Dalam Karena Bisa Sebabkan Kanker, Pahami 7 Kesalahannya!
Diberitakan Tribunnews.com, dikerahkan 12 orang tim "mutilasi" bangkai pesawat Lion Air JT 904 Boeing 737-800 dari Dinas Penyelamatan Air TNI AL.
Mereka memotong bangkai Lion Air tiga sampai lima bagian menggunakan tiga metode.
Metode pertama adalah surface cutting atau pemotongan bagian permukaan pesawat, selanjutnya under water cutting atau pemotongan dalam laut, dan yang terakhir menggunakan metode pemotongan hidrolik.
Baca Juga : Gaji Rp771 Juta per Tahun, Inilah 7 Fakta Terkait Tukang Las Bawah Air yang Jarang Diketahui Orang
Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul SEJARAH HARI INI - 6 Tahun Lalu Pesawat Lion Air JT 904 Jatuh di Laut Bali, Begini Faktanya!