(Baca juga: Operasi Babilon, Serangan Udara Israel Paling Spektakuler yang Sukses Menghancurkan Reaktor Nuklir Irak)
Sementara itu penulis sejarah AS lainnya, Jonathan F. Keiler, dalam majalah World War II History edisi Juli 2004 melukiskan kondisi dan perkembangan Nazi untuk membuat bom tersebut.
Meski dengan penilaian bahwa para ilmuwan Nazi belumlah sedekat keberhasilan yang digambarkan Karlsch dan Walker.
Pada 1930-an, Jerman sebetulnya sudah mendahului negara-negara lain dalam riset atom.
Kebanyakan ahli di bidang ini waktu itu memang orang Jerman atau Austria seperti Otto Hahn, sarjana Jerman yang pertama melakukan pemecahan atom pada 1938.
Namun dengan berkuasanya Nazi dengan politik rasialnya, maka banyak ilmuwan Jerman keturunan Yahudi yang ditendang dan terpaksa keluarga dari Jerman atau Austria, seperti Albert Einstein, Lise Meitner, Gustav Hertz dan lain-lain.
Banyak dari mereka yang pindah ke AS atau Inggris. Karena itu penelitian nuklir di Jerman pun mengalami kemunduran karena terjadinya brain drain keluar.
Mereka bukan hanya keturunan Yahudi, namun siapa pun juga yang tidak sejalan dengan politik Nazi.
(Baca juga: Inilah Daftar 7 Kota Paling Layak Huni di Indonesia! Adakah Kota yang Anda Tinggali?)
Karena itu akhir 1930-an, di antara ilmuwan fisika yang paling terkenal di Jerman tinggal Werner Heisenberg.
Namanya diakui secara internasional karena karyanya dalam mekanika kuantum dan The Uncertainty Principle, yang membuatnya meraih hadiah Nobel tahun 1932.
Sekalipun ia bukan anggota Nazi, tetapi Heisenberg adalah seorang patriot Jerman sebagaimana halnya para perwira militer profesional Jerman ketika itu.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR